MESKI pandemi belum berlalu, sebanyak 17 rumah sakit dan klinik di Bali sudah siap melayani pariwisata medis atau medical tourism. Diversifikasi pariwisata itu menyasar pelaku perjalanan yang harus berobat saat berlibur atau secara khusus datang untuk melakukan pengobatan.
"Potensinya sangat besar. Di negara maju, warga cenderung mencari pengobatan di luar negaranya karena alasan waktu tunggu yang lama dan mahalnya biaya tindakan di negara asal," ujar Ketua Bali Medical Tourism Association (BMTA), Gede Wiryana Patra Jaya, kemarin.
Pariwisata medis, lanjutnya, telah menjadi salah satu program yang direncanakan pemerintah. Payung hukumnya sudah digulirkan dalam bentu....