NUSANTARA

23 Ribu Lebih Warga Banyumas Krisis Air Bersih

Kam, 29 Agu 2024

DAMPAK kekeringan akibat kemarau di Banyumas, Jawa Tengah semakin parah. Saat ini, ada 7.575 keluarga atau 23.846 jiwa yang terdampak. Kemarau juga memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 12 kali kejadian.

Kepala Pelaksana BPBD Banyumas Budi Nugroho mengatakan krisis air bersih telah melanda 28 desa yang tersebar di 13 kecamatan. Ke-13 kecamatan tersebut adalah Tambak, Karanglewas, Wangon, Purwojati, Patikraja dan Somagede. Selain itu adalah Rawalo, Cilongok, Kebasen, Lumbir, Ajibarang, Jatilawang dan Kalibagor.

“Jumlah warga yang terdampak sebanyak 23 ribu lebih jiwa yang tersebar di 28 desa. Umumnya, sumur dan mata air mengering pada musim kemarau saat ini,” jelas Budi kemarin.

Menurutnya, pihaknya telah mendistribusikan sebanyak 133 tangki atau 665 ribu liter untuk masyarakat desa yang membutuhkan.

Akibat sumur-sumur yang mengering, warga Desa Sabandar Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, harus mengeluar kan biaya ekstra untuk membeli air galon guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. Warga berharap adanya bantuan air bersih dari pemerintah setempat.

Musim kemarau menyebabkan banyak lahan pertanian di Tasikmalaya, Jawa Barat, gagal panen (puso) lantaran saluran irigasi tidak berfungsi.

Mereka juga harus menelan kerugian besar akibat serangan hama wereng batang coklat (WBC), burung pipit dan tikus hingga menyebabkan hasil produksi turun drastis.

Kemarau juga menyebabkan ratusan hektare tanaman padi di Cirebon terancam puso. “Kemarau menyebabkan 235 hektare tanaman padi di Kabupaten Cirebon kekeringan. Dari jumlah tersebut sekitar 0,5 hektare yang mengalami puso,” tutur Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon Alex Suheriyawan.

Di Lamongan, Jawa Timur, produksi padi di wilayah itu menurun drastis selama kemarau. Penurunan produksi padai mencapai 400 ton lebih.

“Betul, terjadi penurunan produksi padi akibat El-Nino sejak tahun lalu,” kata Juru Bicara Pemkab Lamongan, Sugeng Widodo, Rabu (28/8).

Sementara itu, kebakaran lahan gambut di Muarojambi, Provinsi Jambi, terus meluas. Berdasarkan analisis citra Satelit Sentinel 2, yang dilakukan tim GIS (Geographic Information System) Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, kebakaran ini terpantau telah menghanguskan areal seluas 927 hektare. Kebakaran sebagian besar terpantau di lahan gambut dengan kedalaman satu meter hingga dua meter lebih.

Dari pantauan Satelit NOAA, titik panas di wilayah tersebut mulai tampak pada tanggal 25 Agustus. Titik panas makin banyak terlihat pada 26 Agustus. Pada 27 Agustus 2024, kobaran lidah api terpantau Satelit Sentinel 2.

Secara keseluruhan, untuk wilayah Sumatra, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, ratusan titik panas di Sumatra terpantau tersebar di lima provinsi. Adapun Provinsi Riau masih dalam kondisi nihi....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement