HARI-HARI belakangan ini, publik di negeri ini merasakan dua kabar dengan jenis berbeda: kabar sedap dan kabar pahit. Dua kabar itu menyangkut hajat hidup orang banyak. Jika biasanya kita memulai dari kabar yang sedap-sedap, yang baik-baik, yang menyenangkan, untuk kali ini izinkan saya menuliskan kabar pahit dulu. Tujuan saya agar di ujung bacaan, 'lidah' kita mencecap yang sedap, yang enak, yang manis.
Kabar kurang sedap pertama berasal dari pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) soal perekonomian kita pada awal tahun ini. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal I 2025 ada di angka 4,87% year on year (yoy). Capaian itu lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal sebelumnya (kuartal IV 2024) yang mencapai 5,02%.
Raihan pertumbuhan pada awal tahun ini juga lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi pada kuartal yang sama 2024 lalu di angka 5,11%. Jadi, selain meleset dari target pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 yang minimal 5%, angka pertumbuhan pada awal tahun 'ular kayu' ini turun ketimbang capaian pertumbuhan kuartalan sebelum-sebelumnya. Bahkan tercatat sebagai pertumbuhan ekonomi....