DESA wisata telah terbukti menjadi destinasi wisata baru di dalam negeri, sekaligus menjadi pengungkit peningkatan ekonomi warga setempat. Meski begitu, dengan berkaca pada Desa Wisata Keciput di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, panen pendapatan bisa saja berlangsung tidak lama meski sejumlah pembaruan wisata telah dilakukan. Lalu bagaimana cara agar desa wisata bisa langgeng?
Pengamat pariwisata Azril Azhari menekankan pentingnya kolaborasi dan adaptif terhadap paradigma parawisata yang sedang berlangsung. “Desa wisata itu ke depannya saya berharap jangan hanya (menggarap) satu desa, tapi berkolaborasi di antara satu, dua, atau tiga desa. Kalau hanya satu desa diupayakan untuk, misalnya, membuat makanan tradisional khas desa tersebut, kerajinan khas desa tersebut, kain khas dari desa tersebut, itu akan sulit. Kalau dia bisa bergabung, konsep ini bisa membuat desa wisata berkelanjutan,” ucap Azhari kepada Media Indonesia dalam sambungan telepon, Jumat (23/5).
Soal paradigma pariwisata, Azhari menerangkan paradigma pada era 1980-an ialah mass tourism, yang kemudian menjadi alternative tourism, atau jenis pariwisata yang menekankan pada pengalaman wisata yang ramah lingkungan, sosial, dan budaya. Selanjutnya pada 2000-2020 bergeser pada quality tourism atau konsep berwisata yang mengutamakan pengalaman berkualitas dan ....