SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang. Namun, saya juga tipe orang yang agak ragu-ragu bila ada pihak yang mempertanyakan datangnya good news itu dengan kalimat, "Coba cek lagi, jangan-jangan bukan begitu keadaan yang sebenarnya."
Itu termasuk ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani membawa kabar baik dengan memaparkan bahwa kinerja APBN mencatatkan surplus Rp4,3 triliun pada akhir April 2025. Padahal, di tiga bulan sebelumnya, APBN tekor, selalu defisit karena pendapatan pajak anjlok, perdagangan juga sedang tidak baik-baik saja. Kabar APBN surplus di tengah realitas tiga bulan sebelumnya yang selalu defisit, jelas berita baik.
Namun, saya agak terganggu dengan pernyataan Bu Menkeu ihwal alasan mengapa, kok, tiba-tiba anggaran negara bisa surplus. Kata Bu Sri, itu terjadi karena akselerasi pendapatan negara, terutama penerimaan dari pajak dan bea cukai, telah mengikuti 'ritme akselerasi' yang cukup ....