TRAGEDI Kanjuruhan pada awal Oktober 2022 menjadi sorotan publik lokal dan internasional. Hal itu bisa dipahami karena tercatat 135 suporter kehilangan nyawa seusai laga Arema FC menghadapi Persebaya Surabaya. Dengan begitu banyak korban berjatuhan, sudah pasti akan menimbulkan pertanyaan siapa yang bertanggung jawab terhadap tragedi maut tersebut?
Menurut saya, ada tiga pihak yang punya sumbangsih keributan dalam tragedi itu. Pertama, para suporter yang belum dewasa dalam menyikapi kekalahan. Rivalitas memang sudah biasa terjadi di dunia sepak bola seperti halnya Real Madrid dengan Barcelona, Persib Bandung dengan Persija Jakarta, dan Arema Malang dengan Persebaya Surabaya. Beragam peristiwa yang terkadang menakutkan akibat ulah suporter seolah belum bisa mendewasakan mereka hingga menjadi pemicu kericuhan. Kalau sudah begitu, terpaksa polisi menembakkan gas air mata.
Kedua, polisi yang kurang tepat dalam mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata. Seperti dilansir Cnnindonesia.com tentang aturan FIFA Stadium Safety and Security Regulations Pasal 19b, 'No fire arms or crowd control gas shall be carried or used'. Tidak boleh memba....