PENULIS sekaligus pegiat literasi, Maman Suherman, 58, mengenang awal mula ia gemar membaca. Rupaya sejak balita, tepatnya usia tiga tahun, Maman sudah diajari membaca oleh sang ayah. Setiap hari, Maman dibacakan koran sebanyak delapan halaman. “Dia membacakan saya dengan cara dieja. Jadi, satu per satu huruf itu dibacakan. Malam itu dibacakan satu-satu hurufnya, m-a-l-a-m. Dieja sampai habis,” ungkap Maman dikutip dari Youtube Daniel Mananta, kemarin.
Hingga kini, ia masih teringat akan nasihat ayahnya bahwa kunci menjadi pandai dan tidak lapar ialah membaca. Suatu hari, Maman kecil ingin mencari tahu makna di balik pesan membacalah agar kau tidak lapar. Ia pun terpikir untuk mencari uang dengan membaca.
“Kebetulan saat itu saya makan bakso lalu ingin nambah, tapi enggak punya uang. Akhirnya saya pergi ke pasar tradisional, saya bawa kaleng kue kosong, saya bawa koran, lalu naik ke atas meja dan saya membaca di depan orang-orang ya....