LEMBAGA Demografi Universitas Indonesia mendapatkan fakta bahwa pengeluaran konsumsi rokok di keluarga miskin Indonesia lebih dari 60%. Angka itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang hanya berkisar 15% sampai 20%. Dalam hal penghapusan tembakau, setiap negara berperang antara kepentingan bisnis dan kesehatan masyarakat.
Hal itu diungkapkan Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Abdillah Ahsan saat berkunjung di Kantor Media Indonesia, Kedoya Jakarta Barat, kemarin. “Namun, merokok merupakan perilaku yang bisa dicegah. Kalau mau sehat tanpa merokok, cara mencegahnya, ya, berhenti merokok untuk mengurangi berbagai risikonya,” kata Abdillah.
Menurut dia, berdasarkan berbagai penelitian, konsumsi rokok akan berpengaruh pada peningkatan risiko terkena penyakit berbahaya seperti strok. Orang yang merokok berisiko terkena penyakit tersebut tiga kali lipa....