JIKA Anda mengetik kata kunci Lawang Taji di mesin pencarian, jawaban teratas berupa informasi soal kisah-kisah mistis di daerah tersebut. Namun, di desa yang berjarak sekitar 97 kilometer dari Jakarta itu menyimpan potensi dari tanaman kopi yang dikenal dengan kopi leupeh lalay. Nama tersebut berasal dari dua kata, yakni leupeh yang bermakna mengunyah lalu dimuntahkan kembali dan lalay yang dalam bahasa Sunda bermakna kelelawar. Kopi leupeh lalay menjadi salah satu keunikan kopi asal Lawang Taji, Gunung Karang, Pandeglang, Banten.
Kopi unik hasil keselarasan hubungan alam dan manusia itu berasal dari ceri merah yang dimakan kelelawar lalu bijinya dimuntahkan. Muntahan biji kopi itu berserakan di antara rimbun pohon kopi di hutan bebatuan yang ada di Lawang Taji. Para petani memungutnya dan memproses kopi tersebut menjadi produk olahan mereka. Maman ialah salah satu petani yang dalam kurun lima tahun terakhir tekun mengolah kopi leupeh lalay.
Laki-laki yang karib disapa Kang Maman itu merupakan generasi ketiga dari keluarganya yang menanam kopi. Sebelumnya, Maman dan para pendahulunya menjual hasil panen kopi ke pasar, menuruni medan pegunungan. Namun, seiring dengan waktu, kopi asal Lawang Taji tersisih. Pasar lebih banyak meminati kopi-kopi dengan kemasan menarik. Kopi tradisional hasil panen petani Lawang Taji menjadi tak punya daya jual. P....