DI negara yang hidup secara komunal seperti Indonesia, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian dengan kontribusi produk domestik bruto (PDB) lebih dari 60% dan menyerap 97% tenaga kerja Indonesia (sejumlah 116 juta orang) pada 2023. Akan tetapi, UMKM kini menghadapi persaingan sengit, salah satu faktor utamanya perihal penetrasi teknologi yang memungkinkan pelaku bisnis global masuk ke pasar lokal dengan mudah.
Agar bisa tetap relevan di tengah disrupsi digital, pelaku UMKM perlu memahami tren bisnis, contohnya memasarkan produk dengan bantuan media sosial. Terkait dengan hal itu, Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Yuana Rochma Astuti menyebut pemasaran kreatif melalui media sosial bisa meningkatkan penghasilan dari produk pariwisata dan ekonomi kreatif sebesar 60%.
Akan tetapi, para pelaku UMKM yang mayoritas berusia di atas 40 tahun disebut kurang mengoptimalkan dan mengeksplorasi teknologi untuk memasarkan serta mengembangkan bisnis. Dalam merespons kondisi tersebut, Dinas Koperasi dan UKM (Diskop UKM) Provinsi Jawa Timur memfasilitasi program-program digitalisasi dan pengadaan fasilitas co-working space bernama KUKM Space agar pelaku usaha bisa 'naik kelas'. Kemudian melakukan kolaborasi dengan Komunitas Peppu untuk pemberdayaan UMKM di ranah pemasaran, branding (penjenamaan), hingga pengelolaan media sosial. Komunitas itu juga berkolaborasi dengan beberapa pihak UMKM akar rumput dan menawarkan layanan mentoring dan wor....