MENYANDANG sebutan 'yang terhormat' di negeri ini ternyata susah. Alih-alih membuat bangga, sebutan itu berpotensi memantik emosi bila orang lain tidak sensitif. Apalagi bila banyak yang menganggap sebutan itu biasa-biasa saja, tidak seistimewa julukannya.
Badan bisa pegal-pegal dibuatnya karena menahan gelisah. Otot bisa makin kejang menahan gejolak emosi jiwa karena anggapan enteng atas sebutan itu. Bahkan, mendengarkan lagu Santai karya Rhoma Irama pun tak cukup mampu mengendurkan saraf-saraf yang tegang, buah dari 'peremehan' atas sandangan 'yang terhormat' itu.
Terlebih lagi bila sebutan 'yang terhormat' tadi sudah di-SK-kan. Sudah resmi masuk protokoler. Telah sah menjadi rambu-rambu. Bukan sekadar petatah-petitih. Tidak pula cuma basa-basi. Pokoknya bukan semata macan kertas. Bisa memicu murka bagi pemiliknya bila ada yang bera....