PEMERINTAH berencana membuat kurikulum nasional baru di tahun 2024. Sebagai langkah awal, mereka akan meluncurkan kurikulum prototipe sebagai pilihan bagi sekolah-sekolah di seluruh Indonesia mulai Juli tahun 2022 mendatang.
Kurikulum prototipe yang berlaku dari jenjang pendidikan usia dini hingga SMA/SMK ini diharapkan mengatasi berbagai krisis belajar yang semakin parah akibat pandemi.
Untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai kurikulum prototipe, berikut ini wawancara Media Indonesia dengan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BSKAP, Kemendikbudristek), Anindito Aditomo, di kawasan Pondok Indah, Jakarta, Rabu, (5/1).
Mengapa pemerintah merasa perlu untuk membuat kurikulum baru?
Kurikulum itu satu bagian dari sistem pendidikan. Tujuan kita bukan untuk sekadar mengganti kurikulum, tujuan kita ialah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Jadi, transformasi pendidikan yang kita cita-citakan ialah membuat sekolah itu menjadi lebih aman, menyenangkan, dan bermakna untuk anak di Indonesia.
Mengapa perlu memerbaiki kurikulum, itu karena kita sudah lama mengalami krisis belajar. Krisis ini sudah lama, tetapi pandemi memperparah itu. Itu terlihat misalnya dari beberapa survei nasional dan internasional yang menyatakan kompetensi siswa-siswi Indonesia yang masih belum maksimal.
Kita punya data sejak tahun 2000 kira-kira sampai 20 tahun kemudian kualitas belajar tadi itu tidak meningkat. Pandemi memperparah itu semua, ada yang namanya learning loss atau kerugian belajar. Anak-anak yang tadinya level belajarnya itu tidak menggembirakan itu semakin tidak menggembirakan lagi dan kesenjangannya semakin lebar.
Itu menunjukkan bahwa anak-anak kita itu di sekolah tidak banyak belajar. Mungkin di beberapa sekolah unggulan itu anak-anak belajar. Namun, kalau kita bicara secara keseluruhan sebagai sebuah sistem, terlalu banyak anak-anak kita yang jangankan skill untuk era abad ke-21, yang paling mendasar saja dulu kemampuan memahami bacaan, kemampuan untuk menerapkan matematika dasar itu 60% sampai 70% belum menguasai.
Pembaruan kurikulum nasional ini menjadi salah satu bagian dari pembenahan secara sistemik untuk seluruh elemen pendidikan Indonesia. Kurikulum menjadi salah satu elemen pendukung utama selain juga elemen lain seperti guru dan sekolahnya.
Namun, kita tampaknya sering mengganti kurikulum, mengapa demikian?
Kita perlu membedakan antara kurikulum sebagai kerangka di tingkat nasional dengan kurikulum di tingkat sekolah. Yang ditetapkan pemerintah itu ialah kerangka dasar kurikulum di tingkat nasional itu menjadi acuan bagi sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang lebih operasional yang dipakai guru untuk mengajar. Kerangka kurikulum nasional itu memang tidak boleh sering diubah, itu saya setuju.
Lalu, kalau dibilang sekarang terlalu cepat rasanya tidak, saya rasa ini memang sudah waktunya untuk diubah. Kalau melihat datanya, perubahan kurikulum nasional itu sudah tidak secepat dulu. Dulu tahun 2004, itu ada kurikulum nasional, tahun 2006 sudah ganti lagi itu hanya 2 tahun. Kemudian 2013 ada yang baru, itu jaraknya tujuh tahun. Nah, nanti kalau dihitung dari 2013 ke 2024 itu ada jarak 11 tahun. Jadi, masa tunggu perubahan kurikulum nasional ini sudah jauh lebih panjang.
Kalau bicara kurikulum sekolah justru sebaliknya. Kurikulum sekolah itu harus berubah dengan cepat, bahkan mungkin tiap semester atau paling tidak setiap tahun sekolah itu harus melakukan evaluasi dan perubahan kurikulum berdasarkan penerapan pembelajaran tahun lalu atau semester sebelumnya. Jadi, kurikulum sekolah itu harus ada perubahan karena siswanya berubah, isu-isu kontemporernya berubah.
Agar tetap bisa menaungi perubahan di tingkat sekolah ittulah kenapa kurikulum prototipe ini akan kami buat lebih fleksibel. Agar durability-nya juga lebih baik, lebih dapat bertahan.
Sejak kapan penyusunan kurikulum prototipe ini diren....