HAWA sejuk, khas perdesaan sangat terasa begitu kaki menginjak Kampung Landeuh, Desa Bojong Menteng, Lebak, Banten. Rumah khas Badui yang berbentuk panggung serta bermaterial bambu dan kayu menjadi pemandangan umum.
Meski begitu, lantunan ayat suci Alquran yang terdengar dari rumah-rumah warga, sesuatu yang asing untuk sebuah perkampungan Badui. Warga Kampung memang merupakan warga asli Badui maupun keturunan yang sudah memeluk agama Islam. Tidak mengherankan jika kampung ini disebut juga Kampung Badui Mualaf. Sebutan itu juga melekat pada Lembah Barokah yang juga memiliki warga dengan latar belakang serupa.
Selama Ramadan, waarga Kampung Landeuh maupun Lembah Barokah merayakan bulan suci seperti umat Islam lainnya. Hari-hari mereka dipenuhi dengan ibadah.
Dimulai dari pengajian kaum ibu pada pukul 08.00 sampai pukul 11.00 WIB. Lalu pengajian anakanak mulai pukul 16.00 sampai menjelang magrib. Selepas salat Tarawih, pengajian para bapak dan remaja yang dilanjut tadarus sampai menjelang sahur. Ini terus dilakukan hingga menuju Idul Fitri.
Warga Badui mualaf yang tinggal di desa ini umumnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Apa pun akan mereka kerjakan asal halal, termasuk menjadi kuli atau menjadi buruh ladang.
Meski demikian sejumlah warga mengaku tetap senang tinggal di desa tersebut, karena di sana ada ustaz atau ustazah yang rutin mengajarkan ngaji ataupun mengisi tausiah. Dengan begitu mereka bisa mengenal Islam lebih dalam lagi.
Sejak awal mereka memilih memeluk agama Islam, tidak ada gesekan atau konflik dengan suku Badui lainnya. Meski mereka memang harus keluar dari kampung asli Badui, sesuai aturan adat, kebebasan beragama dan kepercayaan sesungguhnya sangat dihormati suku adat yang juga dikenal dengan sebutan Urang Kanekes ini.
Sebaliknya pula, meski telah menjadi muslim, warga Kampung Badui Mualaf tidak menanggalkan identitas asli mereka. Kebanggan sebagai keturunan Badui dijalankan seiring dengan kebanggaan memeluk Islam.
“Seorang kiai pernah berkata pada saya, bahwa saya harus tetap menjalin silaturahim, juga tidak perlu meninggalkan adat dan budaya baduy seutuhnya, seperti menanam padi, kain, dan bangunan khas Suku Baduy. Selama itu tidak menyimpang dari Islam, biarkan identitas itu tetap melekat pada kalian,” ujar Sudin, s....