HUMANIORA

Beban Biaya Kasus Jantung Berisiko makin Besar

Sel, 24 Sep 2024

PENYAKIT kardiovaskular atau jantung adalah penyebab kematian utama di Indonesia. Pengobatan penyakit jantung juga tidak murah, bahkan menjadi beban biaya terbesar di Indonesia.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan ini bertepatan pada peringatan Hari Jantung Sedunia 2024, kemarin.

“Pada tahun 2022 terdapat 15,5 juta kasus penyakit jantung yang menelan biaya kesehatan nasional hingga Rp12,14 triliun. Lalu pada 2023 ditemukan sebanyak 20 juta kasus jantung menelan biaya hingga Rp17,6 triliun,” katanya dalam konferensi pers ‘Hari Jantung Sedunia 2024’ secara daring.

Merujuk hasil laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada 2023, pembiayaan kesehatan terbesar adalah untuk penyakit jantung yakni sebesar Rp23,52 triliun yang cenderung naik dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp12,114 triliun.

Lebih lanjut, Nadia menjelaskan pada 2023 terlihat peningkatan jumlah pembiayaan penyakit katastropik yang menghabiskan biaya Rp34,8 triliun, dengan penyakit kardiovaskuler (jantung dan stroke) yang memerlukan pembiayaan terbesar pada JKN (Rp22,8 triliun).

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K) memaparkan, penyakit jantung menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian terbanyak di Indonesia.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, diperkirakan setidaknya sebanyak 4,2 juta orang di Indonesia memiliki penyakit jantung. “Penyakit jantung di Indonesia menduduki peringkat kedua setelah penyakit strok. Penyakit jantung ini ditandai dengan gangguan pada jantung, bisa di bagian pembuluh darah jantung yaitu penyakit jantung koroner, ada juga gangguan ritme jantung atau aritmia, penyakit jantung bawaan, penyakit katup jantung, kelainan pada otot jantung dan tumor jantung,” jelasnya.

Untuk mendorong percepatan peningkatan pelayaran kardiovaskuler yang holistik dan paripurna untuk mencegah dan menurunkan angka prevalensi, mortalitas ataupun morbiditas penyakit jantung, dibutuhkan kerja sama semua pihak lintas sektoral.

Selain itu, Radityo berharap layanan lewat kateterisasi harus bisa dipenuhi di semua provinsi. Dari 34 provinsi di Indonesia, saat ini layanan lab kateterisasi baru tersedia pada 28 provinsi sehingga pemerintah harus melakukan optimalisasi jejaring penyakit jantung.

“Ditargetkan optimalisasi layanan lab matriksasi ini akan mencapai 100% hingga 2027. Target pemenuhan jejaring rumah sakit yaitu 34 RS Utama dan 507 RS Madya,” jelasnya.

Pemenuhan tersebut terdiri dari tahap 1 (2022-2024) meliputi RS Utama di seluruh provinsi dan RS Madya 50% di kabupaten dengan populasi terbanyak. Sementara pada tahap 2 (2025-2027) meliputi RS Madya di 50% kabupaten d....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement