EKONOM Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengisyaratkan terjadinya anomali belanja rumah tangga pada Ramadan dan Lebaran kali ini yang tak lagi setinggi tahun-tahun sebelumnya. Konsumsi rumah tangga, utamanya pangan dan sandang, yang biasanya meningkat kini tak lagi terjadi meski Lebaran tinggal hitungan hari.
“Ada sinyal kuat bahwa kelompok rumah tangga menengah ke bawah banyak yang mengerem belanja,” ujarnya dalam laporan CORE Insight, Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025, kemarin.
Yusuf menuturkan gejala anomali konsumsi rumah tangga menjelang Lebaran tertangkap dari tren deflasi pada awal 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatat deflasi pada Februari 2025, baik secara tahunan yang minus 0,09% maupun bulanan minus 0,48%. Faktor utama deflasi berasal dari pemberian diskon tarif listrik 50%. Namun, lanjut Yusuf, janggalnya deflasi pada Februari 2025 itu tidak hanya terjadi pada kelompok pengeluaran tersebut. Itu juga terdapat pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, dengan andil minus 0,12% secara bulanan.
Padahal, menjelang Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau selalu menyumbang inflasi meskipun ada dorongan kenaikan harga. Pada 2024, kelompok pengeluaran itu memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 0,29% pada Februari dan 0,41% pada Maret.
PENJUALAN RIIL TURUN
Kelesuan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari laporan Bank Indonesia yang mencatat indeks penjualan riil (IPR) pada Februari 2025 diperkirakan merosot sebesar 0,5% secara tahunan (yoy). Hal itu dipengaruhi jatuhnya penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang minus 1,7%.
“Puncaknya ialah anomali pada Ramadan dan Lebaran 2025. Melemahnya pertumbuhan penjualan beberapa ritel menguatkan hasil surv....