PENYAKIT mulut dan kuku (PMK) yang mewabah pada hewan ternak saat ini sudah menyebar di 21 provinsi dan 231 kabupaten/ kota di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), 317.889 ternak dinyatakan sakit, 106.925 sudah sembuh, 3.489 dipotong bersyarat, dan 2.016 mati.
Kementan memastikan penanganan PMK terus dilakukan secara maksimal. Di antaranya dengan pembentukan Satgas PMK dari tingkat pusat hingga kabupaten, pangaturan pembatasan lalu lintas hewan, pemberian obat-obatan, desinfektan, hingga vaksinasi terhadap ternak di wilayah terdampak.
Vaksinasi sudah diberikan terhadap 285.307 ternak di 19 provinsi dan 212 kabupten/kota, dengan perincian 281.031 sapi, 2.289 kerbau, 1.843 kambing, 142 domba, dan 2 babi.
Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Makmun, mengatakan data di atas merupakan data per 4 Juli 2022. Data itu sudah melalui validasi dari petugas lapangan, dinas kabupaten, provinsi, sampai ke tingkat pusat, baik di Kementan maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Semua data itu dilaporkan langsung petugas paramedis dan bisa diakses oleh semua orang.
“Data dapat kita telusur hingga di tingkat desa sehingga mempermudah kita untuk membuat pengawasan atau kontrol di tingkat desa. Data yang divalidasi itu yang kemudian kami munculkan. Ini semua masuk ke sistem informasi yang terintegrasi yang kita sebut dengan Isikhnas (Integrated Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional) dan saat ini terintegrasi dengan BNPB dan kepolisian. Jadi semua data sama,” ungkapnya.
Makmun menyampaikan, Kementan saat ini terus berupaya semaksimal mungkin untuk mengendalikan wabah PMK. Kementan telah mendistribusikan vaksin yang dilakukan secara bertahap dengan target populasi yang pertama ialah ternak aset dan ternak dengan nilai ekonomi tinggi seperti sapi/kerbau perah dan sapi bibit, juga sapi yang berpotensi tinggi untuk dilalulintaskan di 19 provinsi. Ketersediaan vaksin sebanyak 800.000 dosis dan telah terdistribusi sebanyak 669.400 dosis.
Dia menekankan, proses vaksinasi membutuhkan kondisi hewan yang sehat atau telah sembuh dari sakit. “Untuk ternak yang sakit, kita fokuskan untuk diobati dulu biar sembuh. Setelah sembuh, enam bulan kemudian baru dapat divaksin karena setelah sembuh ternak akan mempunyai antibodi sendiri,” kata Makmun.
Kementan saat ini telah mendistribusikan obat-obatan sebanyak 203.000 dosis ke 19 provinsi. Demikian pula dengan disinfektan yang sebanyak 2.640.000 liter, telah terdistribusi ke 19 provinsi. Selain itu, logistik vaksinasi dan pengobatan berupa spuit sudah tersedia 800.000 unit dan 2.000 unit handspray.
Data populasi hewan
Kepala Pusat Karantina Hewan Kementan Wisnu Wasisa Putra menegaskan, sistem lalu lintas hewan sudah memiliki aturan ketat yang tertuang dalam Surat Edaran Satgas PMK No 3/2022. Dalam aturan itu, semua hewan yang berasal dari zona merah dilarang melintas atau masuk ke zona hijau.
Wisnu berharap penanganan PMK juga mendapat perhatian yang sama dari masyarakat luas. Di samping itu, pemerintah akan terus memperketat penjagaan di pintu-pintu bandara dan pelabuhan seluruh Indonesia.
“Untuk ternak di tiap lokasi zona merah, kita akan awasi agar tidak bergerak sama sekali. Tetapi untuk kecamatan yang masih bebas di dalam satu kabupaten atau di dalam satu pulau, masih bisa dilalulintaskan,” tuturnya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, menekankan bahwa pemerintah tetap melakukan tugasnya secara serius dengan memantau perkembangan PMK, baik di lapangan maupun melalui crisis center secara nasional.
“Kementan bersama dengan Satgas PMK tetap melakukan tugasnya secara maksimal, serius, dan aktif melakukan kegiatan-kegiatan di lapangan,” tegasnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPR Riezky Aprilia mengingatkan Kementerian Pertanian untuk serius dalam menanggulangi PMK pada ternak yang mewabah di sejumlah daerah.
Menurutnya, pemerintah harus menyelesaikan masalah pokok sektor pertanian yakni minimnya data populasi hewan. Data itu dikatakan dapat menjadi peta jalan dalam memperbaiki dan mengembangkan sektor peternakan di Tanah Air sehingga Indonesia dapat mencapai kemandirian pangan.
“Jika sudah ada peta jalan maka pencegahan PMK dapat dilakukan, mulai dari penyemprotan kandang dengan disinfektan dan perbaikan kualitas pakan,” kata Riezky.
Ia mengaku telah menemukan banyak peternak swadaya yang membeli sendiri disinfektan untuk mengatasi persoalan PMK. Padahal hal itu dapat diatasi dengan cara membuat perencanaan distribusi vaksin yang dibutuhkan peternak hingga pergantian ternak yang mati akibat PMK.
Indonesia pun bisa lebih baik lagi dalam sektor peternakan jika memetakan potensi desa berbasis klaster, menggunakan Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian, dan memasifkan asuransi ternak.
Riezky berharap dengan kejadian PMK ini, Indonesia dapat belajar sehingga menghasilkan solusi terbaik, terutama bagi para peternak. “Kita harus samasama bergotong royong mencari solusi terba....
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.