DAERAH perlu melakukan gerakan bersama yang jauh lebih masif dengan melibatkan stakeholder terkait agar semakin banyak manusia lanjut usia (manula) yang divaksinasi. Termasuk, menciptakan model baru vaksinasi yang mudah, aman, dan nyaman.
“Kami membuat kebijakan, satu pendamping yang membawa dua manula akan ikut disuntik vaksin. Mudah-mudahan daerah juga akan diimplementasikan. Karena ada 456 kabupaten/kota yang cakupan vaksinasi manula masih di bawah 25%,’’ kata Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Reni Rondonuwu dalam keterangan tertulisnya, kemarin. ‘’Saya kira daerah perlu mencontoh DKI Jakarta, yang camat maupun lurah ikut terlibat untuk memobilisasi manula,” tambahnya.
Berdasarkan data Kemenkes hingga kemarin pukul 12.00 WIB, vaksinasi manula untuk dosis pertama baru 3,28 juta orang atau 15% dari target 21,5 juta orang. Adapun vaksinasi manula dosis kedua baru sebanyak 2,17 juta orang atau 10% dari target.
Maxi mengatakan salah satu kendala masih rendahnya cakupan vaksinasi bagi manula ialah kemudahan akses ke lokasi vaksinasi. Dengan fisik yang sudah mulai menurun, manula membutuhkan tempat vaksinasi yang dekat dan mudah dijangkau.
‘’Kendala lainnya ada kecenderungan para anak-anak dari manula ini khawatir mengikutsertakan orangtua mereka vaksinasi karena takut akan keamanan dan efektivitas vaksin,’’ katanya. Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki S Hadinegoro menekankan agar tidak perlu khawatir bahkan ketakutan terkait efek samping vaksin covid-19.
Menurut dia, sejauh ini kelompok manula justru memiliki kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang sangat rendah. ‘’KIPI pada manula ini justru sangat sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda.”
Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari mengatakan kesadaran masyarakat manula cukup baik karena mengetahui mereka masuk kelompok rentan. Namun, sayangnya terkadang justru dari keluarga yang tidak mengizinkan orangtuanya untuk divaksinasi.