OPINI

Nama Jalan

Min, 26 Jun 2022

BELUM lama ini Pemprov DKI Jakarta mengganti sejumlah nama ruas jalan di Ibu Kota dengan 22 nama tokoh Betawi, termasuk dua seniman lenong, Mpok Nori dan Haji Bokir. Jalan Mpok Nori menggantikan nama Jalan Bambu Apus di Jakarta Timur, sedangkan Jalan Haji Bokir menggantikan ruas Jalan Raya Pondok Gede yang juga terletak di kawasan yang sama. Kedua seniman tradisional yang telah wafat itu memang dulunya bermukim tidak jauh dari wilayah tersebut. Masih di timur Jakarta, nama Entong Gendut juga diabadikan untuk menggantikan Jalan Budaya di wilayah Condet, Batu Ampar. Siapa dia? Entong Gendut merupakan jagoan setempat yang memimpin pemberontakan petani di kawasan itu pada era kolonial, tepatnya pada 1916.

Kisah tokoh semacam Entong Gendut tentu tidak akan kita temukan dalam buku-buku pelajaran sejarah resmi versi pemerintah, baik dari tingkat SD maupun sekolah menengah atas. Padahal, orang seperti Entong Gendut atau Imam Sapi'ie alias Bang Pi’ie, seorang jawara lokal yang namanya kini diabadikan menggantikan Jalan Senen Raya, juga punya peranan dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Melalui nama jalan, sejarah perjuangan kelompok yang antara lain oleh sejarawan Australia Robert Cribb kerap disebut bandit sosial ini, coba dinarasikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Nama atau pelang jalan memang bukan sekadar penunjuk/penanda suatu wilayah. Ia menyimpan identitas budaya ataupun dimensi sejarah suatu kota. Melalui nama-nama itu, masyarakat dapat mengenal sejarah ataupun identitas budaya kota tempat tinggalnya. Begitu juga dengan para pelancong atau wisatawan. Peradaban suatu kota tidak hanya dapat dilihat dari aneka kuliner atau bentuk keseniannya, tapi juga dapat ditelusuri dari nama-nama jalan. Dari nama-nama tersebut, kita juga dapat menilai keberpihakan pemerintah ataupun warga kota dalam menghargai pahlawan, senim....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement