ESENSI dokter sebenarnya tidak ada yang berubah dari dulu. Tetap sama. Sejak zaman Hipocrates hingga kini, dokter bertugas merawat dan melayani orang sakit. Nilai etik yang dipegang juga relatif sama. Semua dokter tunduk pada standar etika profesi. Saat melakukan pekerjaannya, mereka memegang teguh prinsip-prinsip etik: tidak membahayakan pasien (nonmaleficence), memberi kebaikan pasien (beneficence), menghormati hak pasien (autonomy), dan bersikap adil (justice).
Lain esensi, lain pula nilai intrinsik. Sejalan dengan perubahan era, nilai intrinsik yang diharapkan masyarakat terhadap dokter tampaknya akan berubah. Dulu, dokter selalu dituntut bersifat altruisme. Altruisme merujuk kepada sifat yang selalu mendedikasikan kehidupan untuk orang lain, bahkan bisa mengorbankan kebutuhan diri sendiri (self-sacrifice). Bisa juga berarti sifat mulia untuk melayani dan memberi secara totalitas tanpa mengharap berlebih (go extra miles without expecting rewards).
Sedemikian kukuh tuntutan altruisme, menyebabkan masyarakat sering memilah kriteria dokter baik atau tidak hanya berdasarkan nilai ini. Dokter yang baik ialah dokter yang setia melayani pasien meski telah lewat jam kerja, mendatangani rumah pasien bila diminta, serta menerima berapa....