EKONOMI

Harga Sewa Ritel di Jakarta Naik Hingga 3%

Jum, 13 Sep 2024

KONSULTAN properti Knight Frank Indonesia melaporkan rata-rata harga sewa ritel di Jakarta mengalami kenaikan sebesar 3% dibandingkan semester lalu, mencapai Rp782.010 per meter persegi per bulan. Kenaikan harga itu juga diikuti oleh peningkatan rata-rata biaya servis charge sebesar Rp162.320 per bulan.

Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin, mengatakan tingkat okupansi ruang ritel secara keseluruhan turun tipis 0,45% dibandingkan tahun lalu, berada di angka 77,79%.

“Ada perbedaan tingkat okupansi antara ritel strata dan sewa,” terangnya.

Ritel atau mal memiliki dua jenis kepemilikan, yaitu strata dan sewa. Pada ritel strata, unit atau ruko dapat dibeli dan menjadi hak milik pemilik. Sedangkan pada ritel sewa, unit atau ruko hanya dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu. Mereka menyewa dari pemilik properti.

Ritel sewa memiliki tingkat hunian yang lebih tinggi, mencapai 85,37%, dibandingkan dengan ritel strata yang hanya 60,86%. Adapun total pasokan mal saat ini tetap di angka 4.534.703 m2.

Sebagian besar penyewa terbesar di pusat perbelanjaan berasal dari department store, toko peralatan rumah tangga, tempat hiburan, toko furnitur, dan toko pakaian olahraga.

“Masih terdapat sekitar 1 juta meter persegi ruang ritel yang belum terisi di kedua jenis ritel tersebut,” kata Syarifah. Untuk meningkatkan permintaan sewa dan angka keterisian mal, Syarifah menyebut ritel bisa menambah fasilitas pameran dan exhibition serta memperbanyak unit di area kuliner (F&B).

Knight Frank menyebut sektor ritel akan kedatangan tiga ritel baru pada semester II 2024, yaitu Retail Podium Thamrin Nine di Thamrin, Holland Village Mall di Cempaka Putih, dan Fatmawati City Center di TB Simatupang.

Syarifah lebih lanjut menuturkan bahwa di tengah pelemahan daya beli masyarakat, ritel pada kelas menengahatas masih memiliki performa yang tangguh dan terus positif dibandingkan dengan ritel kelas menengah-bawah yang umumnya sudah tergeser dengan ruang belanja online.

Berdasarkan survei yang dilakukannya, sektor ritel yang terbagi menjadi empat segmen, yakni premium grade A, grade A, grade B, dan grade C mengalami tekanan yang berbeda-beda.

Segmen grade B dan grade C, yang umumnya menyasar kelas menengah, mengalami koreksi paling dalam. Sementara performa ritel grade B dan C, yang umumnya merupakan ritel strata, juga makin melemah akibat perluasan ruang belanja online dan berlanjutnya pelemahan daya beli.

“Sektor ritel grade B dan C yang umumnya adalah strata ritel ini mengalami koreksi sekitar minus 3. Atau kalau kita bedakan berdasarkan tipe, sektor ritel strata ini mengalami koreksi atau berada di bawah rata-rata tingkat hunian ritel ....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement