TIFA

Hibah dari Kolektor Asing

Min, 27 Okt 2024

JAUH sebelum terjadinya proses pengembalian 700 benda-benda pusaka yang dirampas Belanda dari Indonesia, pada 2015 pemerintah Indonesia juga pernah berhasil membawa pulang tongkat pusaka milik Pangeran Diponegoro, atau disebut Kiai Cokro.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud (2012-2015) Kacung Marijan mengungkapkan bahwa Museum Nasional Belanda (Rijkmuseum), yang memang pada saat itu menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia, menginformasikan bahwa keturunan Gubernur Jenderal Jean Chrétien Baud yang menyimpan Kiai Cokro berniat mengembalikan tongkat tersebut kepada pemerintah Indonesia.

“Saya tidak tahu persis bagaimana proses penemuan Tongkat Kiai Cokro. Bisa jadi karena kebetulan ada agenda pemulangan barang-barang repatriasi dari Belanda ke Indonesia, mungkin keturunan Gubernur Jenderal Jean Chrétien Baud itu mendengar, dan saat itu kami anggap ini rejeki nomplok,” terang Kacung kepada Media Indonesia, Senin (14/10).

Dua cicit dari Gubernur Jenderal Jean Chrétien Baud, yakni Erica Lucia Baud dan Michiel Baud, kemudian secara resmi menyerahkan Kiai Cokro pada 2 Februari 2015 di Galeri Nasional, Jakarta. Anies Baswedan yang saat itu menjabat Mendikbud menjadi penerima dari pihak pemerintah RI.

Pengembalian pusaka oleh kolektor perorangan juga dialami Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada 1 Juli 2024, museum menerima enam lembar Al-Qur’an tulis tangan abad ke-17 dari Michael Abbot, seorang kolektor seni asal Australia.

Pengembalian itu bisa terjadi juga berkat peran James Bennett, seorang kurator Museum and Art Gallery of The Northern Territory (MAGNT), Darwin, Australia. Museum Negeri NTB dan MAGNT memiliki perjanjian pemajuan kebudayaan. Bennett mengetahui bahwa Abbot yang merupakan seorang pengacara tersohor memiliki banyak artefak Indonesia. Abbot kemudian bersedia mengunjungi Museum Negeri NTB dan yakin akan kompetensi museum dalam merawat koleksi.

“Ternyata dia tertarik dengan koleksi yang dimiliki Museum NTB. Dalam perjalanannya saya merayu Pak Michael Abbot ini, dan Pak James meyakinkan dia bahwa Museum NTB ini sangat kompeten untuk menyimpan benda-benda koleksi semacam itu,” kata Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam kepada Media Indonesia, Rabu (16/10).

“Itu koleksi pribadi, itu bukan karena dia sudah tidak mampu merawat, bukan! Tapi karena dia tahu tentang perkembangan Museum NTB ini, dan dia sangat senang dan mendukung,” tambah Bennet yang juga hadir bersama Nuralam. Bennet meyakini penyerahan lembar Al-Qur’an itu merupakan hibah kali pertama dari kolektor Australia kepada Indonesia, “Karena biasanya, maaf, kalau kolektor di luar negeri tidak yakin barang yang dihibahkan akan dirawat,” ujarnya.

Ia mencontohkan beberapa rencana hibah dari kolektor Amerika Serikat dan Jepang ke Indonesia yang urung dilakukan lantaran ketidakyakinan akan kemampuan pemeliharaan di Indonesia.

Nuralam dan Bennet menyebut bahwa Abbot juga berencana menghibahkan sejumlah kain kuno. “Ya paling setahun atau dua tahun, tapi kita berharap secepatnya, dan dia nanti yang akan membawa ke Lombok,” kata Bennet yang bersama Abbot sedang menyusun buku tentang kain-kain yang berasal dari Bali da....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement