EKONOMI

Industri Manufaktur Bersiap Tancap Gas

Sen, 07 Feb 2022

PURCHASING managers index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami kenaikan tipis dari 53,5 pada Desember 2021 menjadi 53,7 di Januari 2022. Itu berarti keyakinan manajer di sektor manufaktur optimistis di awal tahun dan membuat posisi PMI tetap berada di zona ekspansif.

Data IHS Markit tersebut menyebutkan kenaikan tipis dari level PMI manufaktur Indonesia menggambarkan perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur dalam lima bulan berturut. Permintaan secara umum digambarkan menguat lantaran ada kenaikan penjualan asing yang mendorong peningkatan lebih tajam di output manufaktur.

Hal tersebut mendorong kenaikan aktivitas pembelian dan kenaikan tipis pada ketenagakerjaan. Adapun kenaikan permintaan barang buatan Indonesia pada Januari menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan, dengan pesanan ekspor mencatatkan angka rekor.

“Permintaan klien berekspansi pada kisaran lebih tajam, didukung oleh catatan pertumbuhan permintaan baru dari luar negeri. Sementara itu, kenaikan tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian juga terlihat, sekaligus menggambarkan kondisi ekonomi yang lebih baik,” ujar Direktur Asosiasi Ekonom IHS Markit dalam keterangannya, Rabu (2/2).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, level PMI manufaktur yang mengalami kenaikan tipis dari bulan sebelumnya menunjukkan industri pengolahan menatap optimistis perekonomian Indonesia.

Posisi PMI manufaktur nasional bulan pertama tersebut melampaui PMI manufaktur rata-rata negara ASEAN (52,7), termasuk Malaysia (52,8), Filipina (50,0), Korea Selatan (51,9), Rusia (51,8), dan Tiongkok (49,1). “Kabar baik ini merupakan sinyal atau indikator bahwa pelaku industri makin optimistis terhadap kondisi ekonomi saat ini,” kata Menteri Agus dalam siaran pers.

Dia menegaskan, pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif meskipun di tengah tekanan covid-19 varian omikron. Berbagai kebijakan strategis, kata Agus, telah dijalankan pemerintah untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, termasuk memberikan stimulus bagi pelaku industri agar bisa berproduksi dan berdaya saing.

Agus juga meyakini sektor industri manufaktur tetap memainkan peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja makro sektor industri manufaktur di beberapa indikator, misalnya dari realisasi investasi, capaian ekspor, dan penambahan tenaga kerja.

Dari sisi ekspor, industri manufaktur terus memberikan kontribusi yang paling besar. Nilai ekspor industri manufaktur pada 2021 sebesar US$177,10 miliar atau menyumbang hingga 76,49% dari total ekspor nasional.

Capaian tersebut melampaui nilai ekspor manufaktur sepanjang 2020 sebesar Rp131 miliar dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor 2019 yang bertengger di angka Rp127,38 miliar.

Adapun realisasi investasi di sektor manufaktur pada 2021 tercatat sebesar Rp325,4 triliun atau naik 19,24% dari nilai investasi 2020.

Pada aspek ketenagakerjaan, sektor industri manufaktur menunjukkan pemulihan dari segi penyerapan tenaga kerja. Seiring dengan bangkitnya sektor industri pengolahan dari dampak pandemi, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang di 2021 sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 18,64 juta orang.


undefinedPekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur
(WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021).
ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA
Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement