INTERNASIONAL

Invasi Rusia ke Ukraina telah Mengubah Dunia

Min, 05 Jun 2022

RUSIA menginvasi Ukraina 100 hari yang lalu. Invasi teritorial pertama negara berdaulat di Eropa dalam 80 tahun itu telah meninggalkan jejaknya, dengan dampak yang dirasakan di seluruh dunia.
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 itu adalah perang agresi skala besar pertama di Eropa sejak Perang Dunia II.
Tak terbayangkan bagi banyak orang, perang juga membawa dampak tak terduga yang bergema di seluruh dunia.

Banjir pengungsi


Sejak invasi Rusia, sekitar 6,8 juta orang Ukraina telah meninggalkan negara mereka, bersama dengan setidaknya 7,7 juta tambahan pe­ngungsi internal.
Menurut UNHCR (Komisariat Tinggi Urusan Pengungsi PBB), setelah awalnya mengungsi ke negara tetangga, setidaknya 3 juta orang melanjutkan perjalanan mereka.
Selain Polandia, Jerman dan Republik Ceko saat ini menampung jumlah terbesar pengungsi Ukraina, dengan masing-masing sekitar 727.000 dan 348.000.
Menurut catatan UNHCR, hampir 2 juta orang Ukraina telah kembali ke negara mereka sejak mereka pertama kali melarikan diri dari perang--meskipun beberapa di antaranya masih masuk-keluar.
Pengungsi yang telah menetap di negara baru biasanya bergantung pada jaring pengaman sosial negara itu, setidaknya untuk beberapa waktu.

Krisis pangan


Ukraina adalah lumbung pangan yang penting, memproduksi sekitar setengah dari minyak bunga matahari dunia. Menurut USDA, Ukraina menyumbang 15% dari perdagangan global jagung dan 10% dari perdagangan gandum global. Konflik telah memutus ekspor semacam itu, dengan Rusia terus memblokade biji-bijian di pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Cengkeraman ini terutama dirasakan di negara-negara yang bergantung pada impor biji-bijian dan minyak goreng Ukraina, seperti Mesir dan India. Namun, efek riaknya jauh lebih luas.
Beberapa memperingatkan bahwa konflik, juga dengan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim dan guncang­an ekonomi akibat pandemi, bisa memicu krisis pangan global.
Pada Mei, Dewan Keamanan PBB memperingatkan bahwa tingkat kelaparan di seluruh dunia telah mencapai ‘tingkat tertinggi baru’. Ditambahkan bahwa puluhan juta orang dapat menghadapi kelaparan jangka panjang karena perang.
Pada Mei, sekitar 23 negara telah memberlakukan pembatasan ekspor makanan. Sebuah indikasi memudarnya ketahanan pangan. ....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement