VARIAN covid-19 dari India itu menginvasi dengan menunggangi kesembronoan kita. Akibatnya, pasien positif covid-19 Indonesia tiba-tiba melonjak drastis, berawal dari Kudus. Seperti diberitakan, penyebabnya ialah warga santai saja menjalani tradisi bakdo kupat (Lebaran ketupat), tujuh hari setelah Idul Fitri. Mereka berkerumun, bergerombol, dan saling mengunjungi. Di situlah varian delta covid-19 ikut ‘menari-nari’ di antara warga.
Maka, meledaklah kasus penularan di kota pusat rokok kretek itu. Rumah sakit menjadi penuh pasien, dan angka kematian melonjak. Lonjakan ini diperkuat hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) yang diumumkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi. Ia mengatakan dari 34 spesimen dari Kudus yang di periksa, 28 di antaranya positif varian delta.
Tragedi Kudus menjadikan Provinsi Jateng memecahkan rekor, melewati angka 10 ribu kasus positif covid-19, dengan penambahan kasus positif di atas 1.000 orang per hari. Sangat berat. Kejadian bakdo kupat tidak hanya di Kudus. Di Bangkalan, Madura, kejadiannya mirip. Warga Madura di perantauan toron berbondong mudik, melewati jembatan Suramadu. Petugas kewalahan mencegah, tidak kuasa menahan kepulangan warga. Dan hasilnya sama, Bangkalan langsung berubah menjadi episentrum pandemi di Madura.
Bangkalan juga terinvasi varian baru. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, varian baru virus korona dari India atau varian B1617 banyak ditemukan di DKI Jakarta, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Bangkalan. Menurut analisis pakar, varian delta (B16172) ini di laporkan lebih menular 40%-90% jika dibandingkan dengan virus induknya, dan menyerang segala usia, remaja, dewasa, hingga lansia.
Seperti diberitakan, para pasien kritis covid- 19 di RS Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu) tidak bisa bertahan lama, meninggal dalam 24 jam. Sedihnya, ada 2-3 orang sekeluarga meninggal karena penularan di Bangkalan ini. Sementara itu, kapasitas fasilitas kesehatan di Kudus dan Bangkalan sangat terbatas. Akibatnya, banyak pasien terpaksa dipindah ke kota lain yang lebih kapasitas RS-nya belum penuh. Di Bangkalan bahkan sampai RS darurat yang menggunakan tenda di lapangan, juga penuh pasien.
Kejadian di Kudus dan Bangkalan ini menunjukkan masyarakat kita belum bisa sepenuhnya menyadari betapa pandemi covid-19 ini tetap mematikan. Kerinduan akan tradisi berkumpul, mengendurkan kewaspadaan dan pertimbangan nalar keselamatan. Kenekatan pun menebar....
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.