EKONOMI

Investasi Tinggi, tapi Serapan Tenaga Kerja Rendah, Indonesia Hadapi Gejala Deindustrialisasi

Sen, 08 Mei 2023

Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi dengan semakin tergerusnya kontribusi manufaktur ke PDB serta meningkatnya pekerja sektor informal.

Pada Hari Buruh Internasional kemarin, hal yang menjadi refleksi ialah kecenderungan deindustrialisasi dini di Indonesia menguat ditandai dengan kegagalan investasi dalam memaksimalkan penyerapan tenaga kerja, khususnya di sektor padat karya.

Pemerintah dinilai perlu mengevaluasi insentif pajak yang diberikan kepada investor. Hal tersebut seiring dengan fenomena serapan tenaga kerja yang rendah meski realisasi investasi pada kuartal I 2023 tercatat mencapai Rp328,9 triliun atau 23,5% dari target 2023 sebesar Rp1.400 triliun.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan agar investasi bisa maksimal menyerap tenaga kerja, pemerintah perlu menyeleksi jenis investasi yang masuk. Dia menuturkan jenis investasi yang menikmati tax holiday, tax allowance di Indonesia masih investasi yang bukan padat karya.

Bhima menambahkan bahwa minimnya serapan tenaga kerja, meski arus investasi begitu deras, disebabkan beberapa faktor. Misalnya investasi lebih terkonsentrasi ke sektor jasa keuangan dan jasa yang berkaitan dengan teknologi digital. Itu membuat penyerapan tenaga kerja di sektor padat karya juga tidak terlalu meningkat.

Sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penyerapan tenaga kerja Indonesia pada kuartal I 2023 tercatat sebanyak 384.892 orang. Angka tersebut tidak berbanding lurus dengan realisasi investasi. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui hal tersebut. Bahkan, dia menyebut penyerapan tenaga kerja memang menjadi momok di Indonesia. “Aku harus akui, antara nilai investasi kita dengan tenaga kerja ....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement