ELAHA Dilawarzai, 24, seorang mahasiswa kedokteran, telah diperkosa, dipenjara, dan dinikahi secara paksa oleh mantan juru bicara Kementerian Dalam Negeri Taliban Saeed Khosty. Keluarganya meminta dunia internasional menyeret Khosty ke pengadilan.
Elaha merupakan satu dari ribuan perempuan Afghanistan yang teraniaya dan terampas hak-haknya. Semula Elaha dipenjara kemudian diperkosa oleh Khosty dan dinikahi secara paksa.
Akhirnya, Dilawarzai berhasil kabur ke Pakistan. Tapi keluarganya mengatakan bahwa Taliban dan pendukungnya telah membawa Elaha kembali ke Afghanistan dan memasukkannya ke dalam penjara kementerian intelijen.
Keluarganya telah mengirim surat terbuka ke organisasi internasional, termasuk Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA), dan mengklaim bahwa Elaha menghilang secara misterius dua minggu lalu.
Menurut keluarga, Elaha berada di Kabul dalam tahanan jaringan Haqqani. Pihak keluarga mengatakan mereka memiliki bukti bahwa Elaha ditahan.
Sebelum melarikan diri dari Afghanistan, Elaha diancam oleh jaringan Haqqani dan Taliban. “Jaringan Haqqani menangkap dan memindahkan saya ke Kabul. Saeed Khosty menyuruh saya untuk menyerah ke pengadilan Taliban agar keluarga saya tidak terluka,” kata Elaha.
Khosty tidak menanggapi isu tersebut. Dia sebelumnya mengatakan telah menikahi Elaha atas permintaannya serta membantah tuduhan pemerkosaan dan kekerasan.
Dalam surat Elaha, dia meminta UNAMA untuk menyelidiki kasusnya. Keluarganya pun hingga kini belum mengetahui nasib Elaha. “Kami tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak. Kami meminta kantor UNAMA dan organisasi hak asasi manusia untuk membebaskan Elaha dari penjara Taliban,” kata keluarga Elaha.
Tim Pelaporan Khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di Afghanistan, Richard Bennett, juga tidak memberikan informasi yang terperinci. “Saya tidak mengomentari kasus ini saat ini sambil menunggu informasi lebih lanjut,” jawab Richard.
Disiksa dinas intelijen Taliban
Salah satu kerabat Elaha, yang tidak mau disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini, mendengar dari temannya bahwa Elaha disiksa oleh dinas intelijen Taliban. “Dia diikat dengan rantai,” katanya.
Dia menambahkan, Elaha dijebloskan ke penjara atas perintah Khosty, dan wanita lain juga dipenjara bersamanya di penjara. “Jika dunia tidak melakukan apa-apa, Taliban akan membunuhnya,” ujar dia.
Seorang diplomat Taliban di Pakistan enggan memberikan komentar. “Ponsel kami dipantau dan didengarkan oleh pejabat. Saya tidak bisa mengatakan apa-apa tentang masalah ini,” kata dia.
Pada 5 Desember, Amnesty International menyatakan keprihatinan atas kondisi Elaha. “Keluarga Elaha memberi tahu Amnesty International pada 30 November 2022 bahwa dia saat ini ditahan di penjara intelijen Taliban. Kami prihatin dengan keselamatannya dalam keadaan seperti ini,” kata organisasi itu.
Amnesty meminta Taliban untuk segera dan tanpa syarat membebaskan Elaha jika dia berada dalam tahanan. “Secara khusus, mereka yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia terhadapnya, termasuk siapa pun yang terlibat dalam dugaan pemulangannya ke Afghanistan dari Pakistan, harus bertanggung jawab,” papar organisasi itu.
Pada awal September, setelah video kekerasan terhadap Elaha dipublikasikan, keluarganya dipindahkan ke Pakistan untuk menghindari serangan Taliban. Dalam sebuah wawancara bulan lalu Elaha berkata, “Saya kecewa dengan semua orang. Dunia masih menggelar karpet merah di bawah kaki Taliban, sementara banyak wanita disiksa secara brutal di penjara Taliban.”
Di bawah Taliban, perempuan Afghanistan telah dirampas haknya, termasuk hak atas pendidikan menengah, dan baru-baru ini dilarang mengunjungi taman, pemandian umum wanita, atau pusat kebugaran. (The Star/Cah/I-1)