BERDASARKAN survei kaji cepat penangan banjir dan tanah longsor yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas), Kabupaten Luwu memiliki skor tertinggi Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.
Hal itu diungkapkan Kepala Puslitbang Kebencanaan Unhas Ilham Alimuddin, dalam diskusi publik bertajuk The Society of Indonesian Enviromental Journalists (SIEJ) Simpul Sulawesi Selatan di Balai Rehabilitasi Wirajaya Makassar.
Diskusi tersebut menindaklanjuti program diseminasi liputan investigasi kolaborasi SIEJ-Depati Project dengan enam media. Untuk Sulsel tema yang diangkat adalah Deforestasi Hutan Tanah Luwu dan Ancaman Bencana Ekologis Rutin.
Ilham mengemukakan, Luwu memang sering kali dilanda bencana ekologis. Terbaru, pada awal Mei lalu Luwu kembali dihantam banjir disusul tanah longsor di beberapa titik. Kejadian bencana tersebut, kata dia, sedikit banyaknya dipengaruhi oleh karakteristik tanah di daerah itu.
Karakteristik tersebut di antaranya, material yang mengalami longsor adalah tanah di dekat permukaan, bergerak secara cepat. “Dari peta zona kerentanan gerakan tanah dan peta bahaya longsor tanah Luwu berada pada zona merah,” kata Ilham.
Ia menyebut ada beberapa catatan dan rekomendasi pengurangan risiko bencana di Luwu yakni dimulai dengan mengetahui risiko bencana. Untuk jangka pendek yakni pendataan rumah atau bangunan yang berada pada area bahaya tanah longsor.
Dilanjutkan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dan Rencana Kontigensi (Renkon) per jenis bencana sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan Bencana Kabupaten Kota.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulsel Muhammad Al Amin pada Diskusi Publik itu mengatakan, bencana yang terjadi di Luwu tersebut sedikit banyaknya dipengaruhi alih fungsi hutan menjadi lahan sawit serta m....