SUARA kicau burung di Kampung Ekowisata Cimenteng, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, menemani Yulianti yang tengah merawat budi daya tamanan bawang daun.
Wanita 53 tahun itu didampingi suaminya, Asep, yang tengah merawat taman. Yulianti dan Asep diberi tugas oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk menjaga dan merawat kawasan hutan kota seluas 5 hektare milik Pemkot Cimahi tersebut.
Tangan mereka tak bisa diam. Setelah mengurus bawang daun, Yulianti beranjak memberi pupuk untuk tumbuhan lain. Begitu pun suaminya, selesai merawat taman, sebuah cangkul diayunkan untuk membereskan paving block agar terlihat rapi.
Bagi pasangan ini, hijaunya alam dan banyaknya tamanan yang tumbuh di kawasan hutan akan membuat lingkungan menjadi sejuk, asri, mengurangi polusi udara, sekaligus dapat menyelamatkan bumi di masa depan.
“Kalau berkebun sudah lama, dari dulu juga ibu mah sudah tani, cuma khusus di sini (ekowisata) mungkin baru 3 minggu,” ucap Yulianti kepada Media Indonesia, Rabu (2/3).
Mereka diberi kebebasan untuk menanam segala jenis tanaman dan tumbuh-tumbuhan oleh pihak DLH.
Kadang-kadang Yulianti juga sering mengajak anak-anak sekolah dasar di sekitar rumahnya untuk mengenalkan bermacam tumbuhan.
“Anak-anak SD Setiawarga sering diajak kemari untuk diajarkan cara bercocok tanam yang baik. Kan fungsi ekowisata seperti itu, lebih ke pengenalan alam dan lingkungan, sehingga mereka pun tidak sampai ketergantungan main gim di handphone juga,” ucap Yulianti.
Kehadiran ekowisata di kampung tersebut baru diresmikan pembangunannya pada November 2021 oleh Plt Wali Kota Cimahi Ngatiyana.
Ngatiyana pun berharap kehadiran destinasi ekowisata di kawasan Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Cimenteng akan berdampak pada masyarakat. Salah satunya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan pelaku UMKM.
Walaupun ekowisata Cimenteng masih dalam tahap proses pembangunan, Yulianti mengaku respons masyarakat cukup bagus. Pengunjung bukan hanya datang dari wilayah Cimahi, tetapi juga dari Kabupaten Bandung Barat dan sekitarnya.
“Ada dari anak-anak SD, karang taruna, kelompok masyarakat yang mengelola bidang pertanian. Tidak hanya belajar pertanian, pengunjung juga datang untuk berolahraga,” tuturnya.
Di kawasan ini memang baru sedikit fasilitas yang sudah terbangun, seperti musala, toilet, pendopo, dan guest house. Ke depannya, Pemkot Cimahi bakal membangun ruang bermain anak, taman labirin, dan berbagai fasilitas lainnya.
Sumber dana pembangunan ekowisata Cimenteng yang berada di wilayah RT 02/RW 12 Kampung Torobosan, Jalan Martasik, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, berasal dari bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Suami Yulianti, Asep Wiharsa, mengungkapkan dulunya ekowisata Cimenteng adalah sebuah kawasan hutan lebat yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan. Lokasinya berada di Kawasan Bandung Utara (KBU) yang dilindungi undang-undang.
“Saya lahir dan besar di sini. Setelah tidak lagi bekerja jadi tukang, DLH menyuruh saya untuk mengurus lahan di sini. Awalnya hanya ditugasi siang hari. Tetapi karena ada rasa memiliki, saya dan istri merawat, memelihara sekaligus menjaga lahan sampai malam,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi Budi Raharja mengungkapkan, pengembangan wisata di wilayahnya berbeda dengan konsep di daerah lainnya. Wisata di Cimahi lebih kepada edukasi karena dibangun di kawasan konservasi alam.
“Kawasan itu nantinya dilengkapi dengan selter, tempat kemah, seni budaya, dan kegiatan pemberdayaan masyarakat,” ucapnya.
Karena lokasinya berada di KBU, maka bangunan yang berdiri tidak lebih dari 20% luas lahan dan tidak dibangun permanen.
“Kegiatan di sana nantinya akan menyasar anak sekolah, mahasiswa, dan keluarga. Kepada mereka akan ditawarkan wisata minat khusus mengenai keanekaragaman hayati, pohon bambu yang banyak tumbuh di sana, kehidupan masyarakatnya termasuk melihat pengolahan susu, seni budaya, serta menyaksikan atraksi para seniman yang ditampilkan di teater terbuka,” pa....