MANAJER Program Komunitas KKI Warsi Robert Aritonang yang ikut mendampingi kunjungan Wamen ATR dan pejabat Komnas HAM menegaskan keberadaan Orang Rimba di bawah sawit PT SAL sangat memprihatinkan. Berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak lagi mencukupi. “Hasil buruan mereka tidak seperti dulu lagi dan hasil hutan yang dikumpulkan juga tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka,” kata Robert Aritonang.
Orang Rimba yang tinggal di dalam perkebunan di bawah pondok sederhana. Pondok yang disebut Orang Rimba sesudongon, tanpa dinding, beralas pelepah sawit, dan beratas terpal plastik. Sebagian dari mereka sudah masuk program perumahan pemerintahan. “Namun, kehidupan mereka tetap marginal karena ketidaan tempat berusaha. Memungut hasil hutan sudah tidak ada lagi, mengambil brondolan sawit dianggap melakukan pencurian dan dikriminaliasi perusahaan,” tegas Robert.
Terkait dengan ini, sebut Robert, Orang Rimba telah menyampaikan persoalannya ke sejumlah pihak termasuk ke perusahaan. Dalam hal ini PT SAL pernah mengirimkan konsultan independen Daemeter untuk menelisik persoalan Orang Rimba dengan perusahaan. Hasil kajian Daemeter menyebutkan terjadinya pengabaian hak masyarakat adat yang tinggal di dalam kawasan perusahaan sehingga merekomendasikan perusahaan untuk mengambil langkah pendekatan penyelesaian konflik ....