CENTER of Economic and Law Studies (Celios) menilai turunnya tingkat kemiskinan nasional yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tidak mencerminkan kondisi riil masyarakat.
Pasalnya, pengukuran tingkat kemiskinan itu masih menggunakan indikator kebutuhan hidup yang sudah usang, hanya mencatat pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pasta gigi, sabun, transportasi, serta untuk makanan seperti sayur dan telur. Indikator itu dipakai sejak tahun 1970-an, sementara struktur biaya hidup masyarakat saat ini telah jauh bergeser.
"Angka kemiskinan, selama masih menggunakan standar garis kemiskinan yang lama, itu tidak akan menjawab realitas di lapangan. Jadi BPS, kalau masih keluarkan angka kemiskinan tanpa revisi garis kemiskinan, itu sama saja datanya kurang valid," kata Direktur Eksekutif Celio....