SEKITAR pukul 02.00 WIB, malam begitu pekat. Jeremy, 26, bersama rekannya berangkat menuju kawasan Kawan Lama di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, menunggani kuda besi miliknya.
Dinginnya malam tidak jadi halangan bagi Jeremy untuk menyaksikan rekannya yang menjadi joki balapan liar. Jeremy tak kaget lokasi balapan liar itu sudah penuh dengan penonton.
Pasalnya, ia pun diundang datang untuk menonton secara langsung balapan ilegal itu. Para penonton memenuhi jalan. Biasanya mereka dari bengkelbengkel yang akan mengetes motor hasil setelan mereka untuk balapan.
“Biasanya orang-orang yang balap liar dulu janjiannya, sudah ada kontrak dulu dari bengkel A lawan bengkel B,” ujar Jeremy kepada Media Indonesia.
Kedua kelompok tersebut, kata Jeremy, tak sekonyong-konyong kumpul, datang lalu balap liar. Biasanya, bengkel A dan bengkel B yang hendak mengadu kecepatan motor akan janjian terlebih dahulu terkait penentuan spot balapan.
Setelah lokasi atau trek balapan disetujui kedua belah pihak, barulah kedua kelompok dengan masing-masing memiliki massa puluhan orang ini mendatangi lokasi. “Biasanya itu nunggu jalanan sepi, pasti jam tiga kumpulnya,” ujar Jeremy.
Tidak hanya dari kedua kelompok bengkel yang akan beradu, komunitas-komunitas motor kenalan kedua bengkel biasanya turut hadir memeriahkan balapan. Mereka yang datang juga biasanya untuk bertaruh siapa pemenang balapan pada malam itu.
“Terus udah gitu, dari pihak bengkel kan banyak komunitasnya, ‘woy ini ada taruhan nih ada balapan’, abis itu mereka berkumpul buat nonton dan masang taruhan,” ungkapnya.
Sebelum balapan, lanjut Jeremy, biasanya mekanik kedua bengkel mengetes kecepatan motor. Proses mencoba motor inilah yang cukup mengganggu kendaraan yang tengah melintas di jalan. Pasalnya, saat mencoba atau mengetes motor, mereka menghentikan laju kendaraan yang mau melintas. Bahkan, biasanya mereka menghadang kendaraan yang hendak melintas atau meminta pengendara yang lewat untuk putar balik.
“Ketika uji coba motor ini cukup mengganggu dan serem. Seremnya, meski belum mulai balapan, tapi kayak udah balapan beneran,” paparnya.
Akhirnya tiba waktunya kedua joki menunggani motor masingmasing dan mendorongnya ke garis start. Beberapa kali kedua joki saling melemparkan gas tanda kesiapan untuk balapan.
Jeremy menuturkan biasanya jenis balapan yang dipilih ialah drag race di jalan lurus sepanjang beberapa ratus meter saja.
Meski begitu, risikonya tetap tinggi, dan terkadang dari pengakuan Jeremy sering terjadi kecelakaan hingga menabrak penonton.
Ketika hendak dimulai, jalanan tempat balapan diadakan pun ditutup. Caranya, tentu dengan menghentkan kendaraan yang bakal melintas.
Nasib pengendara lain pada malam balapan cukup sial lantaran dihentikan dengan waktu yang cukup lama. “Kira-kira biasanya dihentikan 10 menit, sudah sama seperti lampu merah,” ujar Jeremy sembari tertawa.
Ya, balap liar seakan menjadi tradisi di beberapa lokasi Ibu Kota. Biasanya, ada di spotspot tertentu di Jakarta yang dijadikan lokasi balapan.
Semisal, di Kawan Lama, Lebak Bulus, dan di Kebun Nanas. Situasi pandemi pun seperti tak dipedulikan para pelaku balap liar. Terakhir, Ditlantas Polda Metro Jaya menilang 314 pengendara di kawasan crowd free night Jakarta semalam. Para pengendara yang ditilang di antaranya pelaku balap liar dan pesepeda motor berknalpot bising.
“Crowd free night sudah kita laksanakan selama 2 minggu. Minggu kemarin 639 kendaraan yang kita tindak dan tadi malam ada 314 kendaraan. Kita tilang semua,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo.
Sambodo menjelaskan 314 pengendara yang ditilang itu melakukan sejumlah pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran itu mulai knalpot bising hingga terindikasi mengikuti balap liar. (Yakub Prya....