BISNIS yang bekelanjutan dan berlandaskan tujuan mulia (purpose-led) sudah seharusnya menjadi visi perusahaan-perusahaan dewasa ini. Hal ini juga sejalan dengan prinsip ekonomi syariah, yang salah satu rambu pentingnya adalah kegiatan perekonomian yang memanfaatkan alam harus diiringi pelestarian lingkungan.
Hal inilah yang dijalankan perusahaan global Unilever dengan strategi The Unilever Compass. Sebagai perwujudannya, merek-merek di bawah Unilever akan serentak mendukung tiga tujuan utama perusahaan, yakni meningkatkan kesehatan planet bumi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan berkontribusi pada dunia yang lebih adil dan inklusif secara sosial.
Head of Corporate Affairs & Sustainability PT Unilever Indonesia, Tbk. Nurdiana Darus menjelaskan komitmen itu terbagi atas tiga inisiatif besar. Pertama adalah membantu mengurai permasalahan sampah, khususnya sampah plastik.
“Unilever Indonesia menerapkan komitmen jangka panjang melalui langkah nyata dan terukur untuk ikut mengatasi permasalahan sampah plastik mulai dari hulu, tengah, hingga hilir. Dari mendesain kemasan, edukasi masyarakat, sampai saat konsumen memakai dan membuang kemasan produk kami,” kata Nurdiana dalam Program Economic Sharia Talk with Gunawan Yasni yang tayang di Metro TV setiap Kamis pukul 20.05-21.00 Wib.
Berlandaskan komitmen global Unilever, paling lambat 2025 perusahaan akan mengurangi setengah dari pemakaian plastik baru dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik lebih dari 100.000 ton, serta mempercepat penggunaan plastik daur ulang.
Unilever akan mendesain 100% kemasan plastik produk agar dapat didaur ulang, digunakan lagi atau diubah jadi kompos dan membantu pengumpulan serta memproses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijual.
Kedua adalah program peningkatan Bank Sampah, mulai dari 1 RT atau 1 RW sampai cakupan nasabahnya dari semua kota atau disebut Bank Sampah Kota atau Bank Sampah Induk. Sejak 2008, program tersebut ditingkatkan dengan mengenalkan program bank sampah berbasis komunitas. Hingga kini sejumlah 3,859 unit bank sampah dibangun Unilever di seluruh Indonesia.
“Pada 2020, melalui jaring an Bank Sampah, kami mencatat pengumpulan plastik untuk daur ulang sebanyak 13,200 ton. Tidak hanya baik bagi lingkungan, pada 2020, value ekonomi yang dihasilkan oleh bank sampah binaan kami, dari pengumpulan plastik yakni Rp30.418.721.857,” ujarnya.
Ketiga adalah RDF atau refuse derived fuel. Program Kerja sama RDF merupakan program yang baru diinisiasi Unilever di penghujung 2020. Unilever bekerja sama dengan PT Solusi Bangun Indonesia dan pemerintah daerah di dua lokasi, yaitu di Jakarta dan Kota Cilacap di Jawa Tengah untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah di fasilitas RDF.
Adapun untuk aspek kehalalan, Unilever Indonesia telah mengaplikasikan sistem jaminan halal secara sukarela sejak 1994. “Alhamdulillah semua pabrik Unilever di Indonesia mendapatkan sertifikasi dari LPPOM MUI,” tutur Nurdiana.