OPINI

Kontradiksi Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier dan Indonesia Emas

Sel, 04 Jun 2024

SAAT Indonesia mendekati tonggak Indonesia Emas dengan visi menjadi negara maju pada 2045, peran pendidikan tinggi makin menjadi sorotan. Bonus demografi yang ditandai dengan populasi muda yang besar menghadirkan peluang, sekaligus tantangan signifikan. Namun, pandangan yang menganggap pendidikan tinggi sebagai kebutuhan tersier menunjukkan kontradiksi yang mengkhawatirkan.

Pandangan tersebut dapat merugikan pertumbuhan jangka panjang bangsa. Pendidikan tinggi adalah fondasi inovasi, pemikiran kritis, dan pengembangan tenaga kerja terampil. Negara-negara seperti Korea Selatan dan Singapura telah membuktikan bahwa investasi besar dalam pendidikan menghasilkan ekonomi yang kuat berbasis pengetahuan dan teknologi.

Pada 2045, Indonesia akan menikmati bonus demografi dengan 70% penduduk dalam usia produktif (15-64 tahun). Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam acara Kompetisi Ekonomi (KOMPek) ke-26 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia pada Januari 2024 lalu menyatakan bahwa, “Bonus demografi ini akan menjadi aset dan bernilai produktif jika SDM-nya unggul dan kuat.” Pertanyaannya, apakah SDM unggul dapat dihasilkan....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement