MEGAPOLITAN

KOTA TUA YANG MENOLAK MENUA

Sel, 16 Mar 2021

IBU Kota Jakarta sebagai kota megapolitan beberapa kali mengalami transformasi dan perubahan. Gencarnya pembangunan dari berbagai sektor telah mengubah wajah Kota Jakarta menjadi kota yang lebih terpadu dan futuristik dari waktu ke waktu. Namun, di balik transformasi global Jakarta, Kawasan Kota Tua Jakarta masih takzim bertahan dengan gaya masa lalunya.

Kota Tua merupakan cikal bakal lahirnya Kota Jakarta saat ini. Sebelum Jakarta, dulu bernama Jayakarta, ketika Raden Fatahillah yang dikirim Kesultanan Demak berhasil menguasai Pelabuhan Sunda Kelapa dalam penyerangannya di Kerajaan Hindu Pajajaran pada tahun 1526 yang kemudian diberi nama Jayakarta. Kemudian tahun 1619, VOC (Verenigde Oost-indische Compagnie) menghancurkan Jayakarta yang pada saat itu dikomandoi Jan Pieterszoon Coen. Setahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia.

Kota Batavia mulai dibangun tahun 1635 di atas bekas Kota Jayakarta yang hancur. Pembangunan kota dirancang lengkap dengan sistem pertahanan berupa tembok dan parit sekeliling kota. Tata ruang kota dibagi ke dalam blok-blok yang dipisahkan kanal. Pembangunan Kota Batavia selesai pada tahun 1650.

Di masa pendudukan Jepang, tahun 1942 pada masa Perang Dunia II, Batavia kemudian diganti namanya menjadi Jakarta hingga akhirnya menjadi ibu kota Indonesia hingga saat ini. Pada tahun 1972, Gubernur Ali Sadikin memutuskan Kota Tua menjadi situs warisan yang bertujuan untuk melindungi sejarah dan peradaban arsitektur pada kawasan Kota Tua. Dan hingga saat ini, kawasan ini pun bisa dinikmati sebagai salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik di Ibu Kota.

Kota Tua Jakarta yang terletak di Kelurahan Pinangsia Kecamatan Tamansari Kotamadya Jakarta Barat, menyimpan banyak cerita di balik megahnya bangunan tua cagar budaya peninggalan masa lalu dari zaman kolonial Belanda. Salah satunya yang paling populer ialah Museum Fatahillah.

Museum Fatahillah merupakan ikon kawasan Kota Tua Jakarta. Gedung ini dulunya Balai Kota yang pertama kali didirikan pada tahun 1626 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen dan dibangun kembali pada tahun 1707 oleh Gubernur Jenderal Joan van Hoorn. Gedung ini pernah dijadikan sebagai ruang pengadilan hingga penjara bawah tanah. Tak heran jika banyak benda-benda peninggalan Belanda yang masih tersimpan rapi di museum ini.

Selain Museum Fatahillah, kawasan Kota Tua juga terdapat sejumlah bangunan tua dengan aritektur eropa Hindia Belanda di antaranya Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, Masjid Luar Batang, Museum Wayang, Museum Bahari, Pelabuhan Sunda Kelapa, Toko Merah, Stasiun Kereta Api Kota, Tugu Jam Kota Tua Jakarta, Jembatan Kota Intan atau Jembatan Pasar Ayam, Kafe Batavia, Gedung Arsip Nasional, dan Gedung Candranaya.

Saat ini Kota Tua menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Berbagai kegiatan warga Kota Jakarta sering diselenggarakan di tempat bersejarah ini. Selain untuk mendukung Kota Tua menjadi destinasi wisata unggulan, Pemprov DKI menetapkan Kota Tua sebagai kawasan low emission zone (LEZ) atau kawasan rendah emisi sejak 8 Februari 2021.

Kawasan Kota Tua sebagai kawasan rendah emisi melarang kendaraan bermotor melintas di sekitar kawasan tersebut selama 24 jam. Area ini hanya memperbolehkan bagi pejalan kaki, pesepeda, angkutan umum, dan kendaraan berstiker khusus yang beroperasi di dalam kawasan LEZ. Dengan begitu Kawasan Kota Tua diharapkan me....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement