SEBAGAI provinsi yang berada di ujung timur Indonesia, Papua masih menyimpan banyak ketimpangan, baik di bidang pendidikan maupun sosial. Di dunia pendidikan, anak-anak Papua banyak yang belum menerima pembelajaran secara layak. Bahkan, pascapandemi, ada peningkatan angka putus sekolah di Papua.
Kondisi tersebut lantas menggerakkan hati dan langkah seorang pemudi asli Papua, Desi Karuni Oktavia Sentuf. Ia menginisiasi pendirian sebuah komunitas yang berfokus pada sejumlah hal seperti pendidikan, sosial, dan kebudayaan. Komunitas itu diberi nama Atap Papua didirikan pada 20 Februari 2019, dan kini memiliki sekitar 24 anggota.
“Atap Papua ini sebetulnya akronim dari Awal Tantangan Aksi Produktif Papua. Komunitas ini dijalankan oleh anak-anak muda, usianya di bawah 25 tahun, bahkan ada yang 14 tahun. Mereka volunteering di Kabupaten Sorong, Papua,” ucap Desi dalam wawancara kepada Media Indonesia, Senin (2/12).