TIGA sahabat yang tinggal dalam satu tempat kos berkhayal untuk bisa makan enak. Di sisi lain, uang kiriman belum kunjung datang. Salah satu dari mereka pun beride untuk mengajak makan di tempat enak dengan harga murah. Mereka bergegas ke rumah makan masakan padang yang menyediakan ragam hidangan dalam satu meja.
Alih-alih makan enak, terhadap menu yang disediakan di satu meja, ketiganya cuma mencicipi kuah yang disiramkan ke nasi di piring mereka tanpa mengambil menu utamanya. Tiba saat bayar, sang pelayan rumah makan pun terkejut karena tak ada satu pun piring menu yang berkurang kecuali kuahnya. Dan, di akhir cerita, ketiga sahabat itu hanya membayar tiga nasi putih yang dipesan.
Iklan lucu salah satu produk yang ditayangkan di televisi pada sekitar 2006 itu begitu populer. Ceritanya seperti mewakili kisah para anak kos yang mulai resah menunggu uang kiriman pada akhir bulan. Tanpa disadari, masakan padang yang begitu menggugah selera, yang sekaligus mewakili contoh makanan enak, harganya terasa mahal untuk anak kos.
“Paket masakan padang serba Rp13 ribu yang ditempel di kaca ini adalah cara untuk menarik minat pembeli. Isinya hanya satu menu ayam, semua jenis ikan kecuali kepala kakap, atau telur ditambah rebusan daun papaya, kol disiram kuah rendang atau gulai, dan sambal hijau. Jika ada tambahan perkedel atau telur bulat, biasanya tambah Rp2000,” ucap Aldi, 48, pemilik rumah makan masakan padang Bunga Indah yang ada di kawasan Tendean, Jakarta Selatan.
Aldi mengatakan paket Rp13 ribu yang ia jual sebenarnya hanya mengurangi porsi. Ayam bakar, misalnya, untuk paket murah biasanya satu ekor ayam dipotong menjadi delapan bagian. Adapun kalau paket normal, satu ekor ayam dipotong menjadi empat bagian. Untuk cita rasa, tidak ada sedikit pun bumbu-bumbu masakan yang dikurangi. “Rasa adalah segalanya agar pembeli datang kembali, apalagi ditambah murah, yang penting tidak rugi,” tukas Aldi.
Tak bisa dimungkiri, di kota besar seperti Jakarta, rumah makan padang dan warung tegal atau warteg mendominasi. Hampir di setiap sudut jalan, kawasan perkantoran, hingga di jalan-jalan masuk perumahan tak sulit menemukan tempat makan ini, dengan ragam harga yang ditawarkan pastinya.
Tak kalah dengan masakan padang, warteg pun ikut menawarkan paket hemat meskipun untuk harga makan di warteg selama ini sudah terbilang cukup murah. Warteg Mamoka Bahari di kawasan Petukangan Utara, Jakarta Selatan, yang dikelola Dewi, 36, misalnya. Di pojok jendela dekat pintu masuk terpasang tulisan ‘gratis es teh manis’ untuk setiap pengunjung yang makan. Ada juga ditawarkan paket hemat Rp10 ribu hingg Rp12 ribu untuk sekali makan.
“Ya tentunya enggak bisa milih menu sesuka hati untuk paket hemat yang ditawarkan. Paling nasi, kikil, orek tempe, dan sayur. Pilihan lainnya nasi, usus ayam, sayur, dan tempe goreng. Kalau air minum seperti teh tawar tidak perlu bayar,” ucap Dewi yang mengaku sudah lima tahun mengelola warteg sendiri. Sebelumnya ia ikut orangtuanya membuka warteg di kawa....
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.