SAMPAI di mana ujung dari gelombang disrupsi yang saat ini melanda media massa di seluruh dunia? Apakah pada akhirnya akan terjadi sebuah disrupsi total dalam arti sejarah media massa konvensional benar-benar tamat dan jagat komunikasi-informasi kemudian sepenuhnya menjadi panggung supremasi media baru? Pertanyaan semacam ini selalu menghantui diskursus tentang media massa belakangan.
Dalam konteks hubungan antara media massa dan platform digital, disrupsi total sebenarnya bukan satu-satunya kemungkinan. Kemungkinan lain ialah terwujudnya keseimbangan baru (new equilibrium) yang mana media lama dapat hidup berdampingan dengan media baru untuk bersama-sama memenuhi kebutuhan informatif-komunikatif masyarakat yang sangat beragam dan berlapis-lapis.
Setiap jenis media, lama atau baru, sesungguhnya memiliki tujuan, karakter, dan segmentasi yang berbeda. Perbedaan itu menentukan model bisnis, pendekatan khalayak, dan sajian konten. Keberagaman media dibutuhkan untuk melayani keberagaman minat dan kebutuhan khalayak. Dalam konteks ini, keseimbangan baru semestinya menjadi keniscayaan. Satu jenis media tidak mungkin mampu memenuhi semua kebutuhan komunikatif-informatif masyarakat yang beragam dan terus berubah. Apa yang tidak bisa diberikan suatu jenis media diberikan oleh jenis media yang lain. Apa yang menjadi kelemahan suatu medi....