SEPINTAS tidak ada yang menyangkal bahwa mereka sedang melakukan protes keras. Protes antara hidup dan mati. Karena menyangkut soal perut. Memberontak atau menyerah dalam kelaparan. Namun, uniknya, para sosok itu masih dalam kerangka keseharian, rileks, bahkan tidak hendak memunculkan kesan yang seram dan kejam.
Menarik memang ketika membuka tabir konsep dari lukisan berjudul Geger Pabrik Gula (revisi 2025) karya Moelyono. Lukisan berukuran 200 cm x 400 cm itu mencoba menghadirkan rekam perlawanan dari kesenian ludruk. Adegan dalam lakon dibingkai, lalu dipadatkan dalam sebuah kanvas. Pemain ludruk dengan segala peranti, properti, dan riasan dalam pertunjukan dihadirkan dalam lukisan.
Lukisan itu menggambarkan kerumunan rakyat di depan gedung pabrik. Wajah garang mandor dan centeng di satu sisi menjadi kontras dengan sisi lain. Dalam bingkai kanvas itu, para sosok memang digambarkan dengan raut yang berapi-api, tetapi tidak semua. Ada pula sosok yang me....