EKONOMI

Menahan Guncangan di Tol Laut

Sen, 15 Agu 2022

SEJAK pertama kali diluncurkan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada 4 November 2015, program tol laut terus memberikan perkembangan yang positif. Kehadiran tol laut dinilai mampu mendorong pertumbuhan perekonomian.

Data Ditjen Perhubungan Laut (Hubla) Kementerian Perhubungan pada 2015 baru ada tiga kapal yang tersedia untuk tol laut dengan tiga trayek. Di tahun berikutnya Kemenhub menambah kapal menjadi enam unit dengan memperluas trayek menjadi enam. Untuk total muatan logistik tol laut di 2016 sebesar 81.404 ton.

Penambahan kapal dan trayek dalam tol laut di 2017 meningkat dengan menyediakan 13 kapal dan 13 trayek. Untuk total muatan barang sebanyak 233.139 ton. Selanjutnya di 2018, jumlah kapal juga bertambah menjadi 19 kapal dengan 18 trayek, total muatan sebesar 239.875 ton. Di 2019, ada penambahan trayek menjadi 20.

Untuk program Tol Laut di 2020, jumlah kapal terus melonjak menjadi 26 unit. Ini terdiri 14 kapal negara, 5 kapal milik PT Pelni, 5 kapal milik PT ASDP, dan 2 kapal milik swasta. Di tahun tersebut perluasan trayek juga ditetapkan menjadi 26 trayek dengan total muatan barang mencapai 362.560 ton.

Di 2021, Program Tol Laut terus mengalami kemajuan dengan menghadirkan 32 kapal, terdiri atas 14 kapal negara, 6 kapal milik PT Pelni, 5 kapal dari PT ASDP, dan 7 kapal milik swasta. Total ada 32 trayek dengan muatan barang sebesar 477.600 ton. Di tahun ini, jumlah trayek dalam tol laut bertambah menjadi 33 trayek dengan muatan barang hingga Agustus ini sebesar 75.860 ton.

“Ini menunjukkan terus bertambahnya capaian muatan kapal tol laut dan jumlah trayek yang di operasikan setiap tahunnya,” kata Dirjen Hubla Arif Toha Tjahjagama. PT Pelabuhan Indonesia (persero) atau Pelindo yang turut berkontribusi dalam program tol laut mencatatkan peningkatan pada kunjungan kapal di tengah kondisi global yang dinamis, yakni sebesar 578 juta gross tonnage (GT) atau tumbuh sebesar 0,2% dari realisasi kunjungan kapal semester I 2021.

Lalu, arus peti kemas di pelabuhan Pelindo pada semester I 2022 meningkat sebesar 2% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 8,2 juta TEUs (twenty-foot equivalent units) menjadi 8,4 juta TEUs. Demikian juga arus nonpeti kemas, tumbuh sebesar 4%, dari 72 juta ton menjadi 74 juta ton.

“Kami berharap tren positif kinerja ini terus berlanjut hingga akhir tahun untuk meningkatkan kondisi perekonomian. Kami membangun sistem logistik untuk mengakomodasi barang ke daerah-daerah, khususnya di daerah 3TP (terdepan, terpencil, dan tertinggal),” kata Group Head Sekretariat Perusahaan Pelindo Ali Mulyono kepada wartawan, Jumat (13/8).

Adapun rute tol laut yang didukung oleh Pelindo ialah rute Tan jung Priok-Kijang-Letung-Tarempa- Pulau Laut–Natuna (Selat Lampa)-Subi-Serasan-Midai. Berikutnya, rute Tanjung Perak– Biak–Timika–Wanci– Kisar–Tobelo– Maba-Obi–Tidore–P Gede– Kalabahi–Rote–Sabu–Saumlaki– Dobo–Jayapura–Merauke.

Ali mengungkapkan, salah satu fokus utama Pelindo pasca-merger sejak Oktober 2021 lalu ialah transformasi operasional pada klaster peti kemas melalui standardisasi dan sistemisasi pelabuhan.

“Hasilnya, selama hampir sepuluh bulan pasca-merger, ada peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan,” ucapnya.

Peningkatan produktivitas bongkar muat tersebut, ungkapnya, diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.

Di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan di Medan, Sumatra Utara, misalnya, jumlah bongkar muat tercatat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam menjadi 45 boks per kapal per jam.

Peningkatan kinerja yang sama juga terjadi di Terminal Peti Kemas Makassar, Sulawesi Selatan Kecepatan bongkar muat dari 20 BSH menjadi 42 BSH dan waktu sandar juga bisa berkurang dari 2 hari menjadi 1 hari.

Sejalan dengan TPK Makassar, Terminal Makassar New Port juga mengalami peningkatan kecepatan bongkar muat dari 20 BSH menjadi 39 BSH dengan standar waktu sandar yang berkurang dari 2 menjadi 1 hari.

Menurutnya, makin pendeknya waktu sandar dan waktu bongkar muat membuat biaya operasional makin efisien, dan diharapkan trafik kapal dapat meningkat. Bagi pelanggan, baik shipping line maupun pemilik kargo juga dapat memetik manfaat efi siensi biaya dan business opportunity yang lebih besar.

“Standardisasi bisnis dan pelayanan ke depannya diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penurunan biaya logistik secara bertahap. Pada akhirnya, efisiensi biaya logistik ini dapat mendongkrak perekonomian nasional,” ucap Ali.


undefinedKapal pelayaran perintis KM Sabuk Nusantara 83 yang membawa penumpang dari Pulau Sedanau berlabuh di dermaga Pelabuhan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA

&nbs....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement