Podcast atau siniar beberapa tahun belakang tengah digandrungi. Sering kita temui konten siniar di berbagai aplikasi, seperti YouTube dan Spotify. Dari yang awalnya hanya bersifat audio, siniar kini juga hadir dalam format audio dan video.
Siniar pun tipenya bermacam-macam. Ada yang podcast intervie, podcast solo, hingga podcast multihost. Selain itu, podcast juga memilki sederet genre, seperti politik, komedi, bisnis, pendidikan, hingga kopi.
Ya, ternyata ada sejumlah kreator konten yang punya renjana soal kopi dan menjadikannya fokus dalam siniar. Salah satunya dilakukan oleh Willy Sidewalk. Brewing Director di Koppi Kediri itu aktif mengunggah siniar tentang perkopian melalui kanal YouTube Ngopi #NoCingCong.
Willy bercerita Ngopi #NoCingCong tersebut sebenarnya datang dari keresahannya tentang orang yang mengaku pintar tentang kopi. Keresahan itu sebelumnya ditumpahkan pada buku Barista #NoCingCong yang ia tulis pada 2019.
“Ketika saya rilis buku tahun 2019 itu karena dunia kopi berkembang, makin banyak orang yang dirinya pintar, paling jago, padahal belum tentu benar, orang ini di buku saya disebut pendekar kopi. Jadi, mereka ini kerjanya mengunjungi kedai kopi terus kemudian kayak ngetes barista dan memamerkan ilmunya di kedai kopi,” kata Willy, kepada Media Indonesia, Jumat (11/3).
Willy mengaku hashtag NoCingCong tersebut ternyata cukup booming di kalangan barista dan penikmat kopi. Maka dari itu, ia akhirnya menggunakan hashtag tersebut sebagai nama kanal YouTube pada 2019 awal. Saat itu ia mulai menggarap sejumlah video tentang dasar perkopian. Namun, setelah tujuh episode, ia harus berhenti karena rekannya fokus bekerja.
Lalu, sekitar 29 September 2022, ia mulai aktif mengunggah video di kanal YouTube-nya dengan konsep siniar interview. Semuanya ia kerjakan sendiri. Mulai pengambilan gambar, editing, hingga mengunggah ke YouTube.
Willy mewawancarai mereka yang memang berkecimpung di dunia kopi. Mulai barista, hingga pemilik kopi. Narasumber yang dipilih memang mereka yang kompeten di bidangnya. Seperti barista memang mereka yang pernah menjuarai kompetisi kopi tingkat nasional.
“Saya ngerasa koneksi saya cukup banyak di dunia kopi, jadi saya punya kenalan ini juara nasional, terus tokoh kopi yang punya nama, kenapa tidak manfaatkan koneksi saya bikin podcast supaya bisa menyiarkan ide atau pikiran yang mereka punya,” kata Willy.
Willy percaya setiap narasumber yang ia wawancarai memiliki cerita yang menarik dan menginspirasi, terutama bagi barista baru atau mereka yang baru berkecimpung di dunia kopi.
“Tiap narasumber memiliki background story yang berbeda dan jadi hal menarik sekaligus bisa dipelajari,” ujar pria yang pernah menjadi juara 1 Indonesia Barista Championship East Region pada 2011 itu.
Salah satu narasumber yang bisa menjadi inspirasi bagi pelaku industri kopi, menurutnya, ialah Raymond Ali. Willy mengatakan Raymond merupakan barista asal Palembang yang sering mengikuti kompetisi kopi di indonesia. Namun, Raymond belum sama sekali meraih juara.
Akan tetapi, di balik itu semua ternyata ada cerita menginspirasi dari Raymond. Ia mengatakan barista tidak hanya dilihat dari juara kompetisi, tetapi bagaimana kontribusinya terhadap industri kopi dan Raymond salah satu yang melakukannya.
Willy mengatakan dalam setiap pertunjukannya selama kompetisi, Raymond selalu mengusung konsep dari daerahnya dan mengenalkan kopi Semendo.
“Dia selalu mengusung konsep yang memang mendukung industri kopi, di Indonesia terutama. Jadi, dia banyak konsep lokal dan juga performance bagus dan juga sering di Palembang bekerja sama dengan beberapa petani, dan nama Kopi Semendo itu bisa terangkat gara-gara dia,” jelas Willy.
Willy menuturkan sejauh ini siniar yang ia unggah di YouTube mendapatkan respons yang positif dan ditunggu-tunggu, terutama bagi barista pemula yang ingin mencari tahu tentang sosok barista yang terkenal dan berprestasi. Ia mengaku ada kebahagiaan tersendiri bisa mewakili pelaku industri kopi, terutama barista untuk bisa menjangkau mereka yang memiliki prestasi di dunia kopi.
“Banyak teman-teman di industri kopi yang menganggap tokoh yang namanya besar di dunia kopi susah didekati, mereka susah belajar. Jadi, saya ibarat mewakili teman-teman ini untuk ngobrol dengan mereka dan teman yang belum kenal ini bisa dengerin ide dan pemikiran dari tokoh kopi ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Willy mengaku akan terus berkarya dan menggali cerita-cerita dari para pelaku industri kopi. Ia mengaku tidak memikirkan uang atau penghasilan adsense dari YouTube. Menurutnya, hal tersebut ialah bonus.
Ia mengaku ada hal lain yang lebih penting, yaitu bagaimana terus memberikan inspirasi dan edukasi tentang kopi kepada masyarakat, selain ia juga memberikan pelatihan kepada barista pemula.
“Ada pemasukan dari YouTube kita terima, tapi fokusnya bukan di situ. Fokusnya kita bikin karya yang bisa jadi inspirasi buat orang lain, jadi pembelajaran buat teman-teman di industri kopi ini,” katanya.
Willy mengaku terus memberikan edukasi di tengah berkembang pesatnya industri kopi di Indonesia. Jika dulu sulit menemukan kedai kopi dengan citarasa yang memikat, kini hal tersebut bukan lagi jadi masalah. Kedai kopi menjamur dan mudah ditemukan. Informasinya pun mudah ditemukan di internet.
“Kalau dulu saya keliling keluar kota nyari kedai kopi yang punya kopi enak itu susah yang sesuai selera, tapi sekarang gampang, kita tinggal ke kedai kopi mana saja, mereka punya kopi yang bagus. jadi berkembang luar biasa,” katanya.
Petik inspirasi
Tak hanya Willy, Jemi Bayu juga menggeluti siniar tentang perkopian. Namun, bedanya ialah Jemi membagikan siniarnya di platform Spotify dengan nama Bacotrista.
Bacotrista sendiri berarti bacotan atau omongan barista. Ya, Jemi merupakan barista di Titik Temu Coffee. “Sebenarnya ini podcast tentang suara, obrolan, bacotan. Saya barista, lagi ngebacot, lalu bacotrista kali ya,” ujar Jemi sambil tertawa.
Jemi sebenarnya sudah akrab dengan audio. Sebelum menjadi barista, Jemi merupakan penyiar di sebuah radio di Kota Bandung. Untuk mengobati rasa kangen siaran, ia memutuskan membuat siniar dan mengunggahnya ke Spotify.
Selain itu, Jemi menjadikan Bacotrista sebagai media penghubung dengan pelaku industri kopi yang ingin ia temui. Ia mengatakan dengan adanya siniar ini telah membawanya bertemu orang-orang yang memiliki nama di industri kopi Tanah Air, seperti Mikael Jasin atau Miki.
“Bacotrista awalnya sebagai media yang dibuat untuk diri saya pribadi, bisa ngobrol sama sosok yang ada di industri kopi seperti Miki. Ketika tidak ada media ini saya akan kikuk kalau ngobrol. Padahal, banyak yang ingin saya tanyain, terutama untuk hal personal. Dengan adanya media ini mereka udah siap dan dibrief juga di awal beberapa pertanyaan,” ujarnya.
Jemi yang telah tujuh tahun menjadi barista itu membuat siniar sejak 2018 saat siniar sedang ramai diperbincangkan. Ia mewawancari pemilik kedai kopi, barista, hingga penikmat kopi di sejumlah wilayah. Ia akan menyambangi kedai kopi untuk menggali cerita pemilik untuk menanyakan sejarah dan ceritanya. Begitu juga dengan barista yang memang memiliki prestasi pun turut didalami kisahnya.
“Jadi, kalau didalami cerita mereka menarik banget, sih. Ada proses yang harus mereka lalui hingga sekarang dan itu untuk barista penting banget sih dan bisa jadi inspirasi,” katanya.
Jemi mengaku saat ini belum membahas topik tentang kopi secara umum. Ke depan ia berencana membuat siniar bersama penikmat kopi. Ia membayangkan akan membuatkan kopi untuk narasumber. Setelah itu, mereka mengobrol apa pun tentang kopi.
“Mungkin ke depan bisa seperti itu, sih. Jadi, ada sisi edukasi juga buat penikmat kopi. Namun, sejauh ini saya banyak menggali cerita mereka yang menginspirasi di industri ini,” katanya.
Cerita menarik juga datang dari Dimas Mandala. Jika Willy dan Jemi aktif membahas perkopian di internet, Dimas memilih jalan konvensional. Dimas membahas kopi dan menuangkannya dalam sebuah zine atau majalah yang ia namakan Brewerzine.
Dimas menerbitkan Brewerzine tersebut pada 2021 dan kini telah menerbitkan edisi keempat. Ia bercerita ide membuat Brewerzine tersebut datang dari rasa ingin tahu yang tinggi tentang kopi.
Sebagai penikmat kopi, Dimas mengaku tergerak untuk mengetahui secara detail kopi yang ia minum. Ia mulai menelusuri dari mana biji kopinya, bagaimana proses penanaman hingga pembuatannya. Setelah itu ia berpikir kenapa hasil penelusuran tersebut tidak dituangkan ke dalam sebuah tulisan.
Ia lalu mencoba menulis dan mencetaknya di kertas HVS. Semuanya ia lakukan sendiri sampai zine tersebut terbit. Setelah itu, ia membagikannya secara cuma-cuma kepada teman-temannya pemilik kedai kopi atau barista.
“Ternyata waktu itu responsnya cukup baik. Jadi, karena saya lebih menggali kepada petani kopinya, jadi banyak yang bertanya kepada saya akhirnya mengenai kelanjutan zine itu,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, Brewerzine mulai dikenal oleh pemilik kedai kopi dan barista. Dimas lalu berpikir untuk terus melanjutkan zine tersebut.
Namun, edisi berikutnya zine tersebut mulai berbayar. Ia menjualnya Brewerzine edisi keempat dengan harga Rp60 ribu. Ia memasarkannya melalui niaga-el dan menitipkannya di kedai kopi milik rekanannya.
Dimas menuturkan konten dalam zine tersebut kebanyakan merupakan hasil wawancara dengan petani kopi. Ia mengungkapkan telah mewawancari petani kopi dari Lombok, hingga Aceh yang ditemui ketika event di Jakarta.
“Hasil wawancara itu saya tulis dan saya ulas soal biji kopi yang mereka bawa,” katanya.
Dimas menuturkan ulasannya soal biji kopi tersebut beberapa kali juga menjadi berkah bagi petani kopi. Salah satu pemilik kedai kopi meminta ia untuk menjadi penghubung kepada petani kopi yang pernah ia wawancarai.
“Bisa jadi penyambung lidah juga sebenarnya. Bagaimana produk petani kopi itu bisa sampai kepada pemilik kedai contohnya,” katanya.
Dimas mengaku sejauh ini akan tetap melanjutkan menggarap zine tersebut. Namun, Dimas mengungkapkan Brewerzine bukanlah sesuatu yang ia seriusi untuk menjadi sumber penghasilan tetap. Ia mengatakan Brewerzine merupakan wadah bagi dirinya untuk menumpahkan rasa ingin tahunya tentang kopi dan bisa bertemu orang-orang yang berada di balik secangkir kopi.
“Saya sangat menikmati proses bertemu orang. Tidak menyangka juga dari sini bisa bertemu banyak orang, sampai sekarang ada yang menawarkan minta mendampingi ke kebun kopi untuk menyicipi kopi,” pungkasnya. (M-2)