MEGAPOLITAN

Mengundang Kenangan lewat Kaset Pita Lawas

Sel, 01 Agu 2023

RIBUAN koleksi kaset bekas, bahkan ada yang masih tersegel, dari penyanyi maupun band lokal dan luar negeri tertata rapi di rak kioskios tempat penjualan kaset di Blok M Square, Jakarta Selatan. Di sisi lain, ada pula rekaman vinyl atau piringan hitam dan CD, yang jumlahnya memang tak sebanyak kaset.

Rata-rata untuk harga jual kaset bekas berkisar Rp50 ribu hingga Rp150 ribu, tergantung kondisi dan kualitas. Namun, beberapa koleksi kaset juga ditawarkan dengan harga di atas Rp500 ribu atau sesuai kesepakatan harga karena kondisi barang yang langka.

“Meskipun sudah hafal posisinya, untuk mempermudah pencarian, saya menyusunnya berdasarkan abjad A-Z, terpisah musisi dalam negeri dan luar negeri, seperti toko kaset zaman dulu,” ucap seorang pedagang yang akrab dipanggil Bang Untung. Ia sudah belasan tahun berjualan kaset di kiosnya yang diberi nama Hysteria Music.

Sejumlah pedagang mengaku kaset-kaset yang mereka jual didapat dari orang-orang yang datang ke tokonya menawarkan kaset karena bosan mengoleksi, juga dari pedagang kaset lain, tukang loak yang datang, atau dari sisa-sisa bongkaran toko kaset.

Meski kehadiran layanan streaming musik digital terus berkembang dan telah membuat industri pita kaset tenggelam, penggemar kaset dan pencinta rilisan musik fisik tetap ada.

“Saya mencari kaset Siti Nurhaliza album Persembahan dari Hati. Di album itu ada salah satu lagu yang saya ciptakan dinyanyikan Siti Nurhaliza. Sampai sekarang saya belum sempat punya kasetnya buat kenang-kenangan,” ujar Shanty Ramadani yang kini berprofesi sebagai penyanyi untuk acara-acara formal.

Belakangan, penggemar kaset pita, CD, ataupun piringan hitam bukan hanya didominasi mereka yang di era 80-90-an pernah merasakan kebahagian dan keindahan alunan lagu dari rilisan fisik itu. Tren mengoleksi rilisan fisik pun sudah menjadi gaya hidup bagi sejumlah anak muda. Mereka rela blusukan demi mendapatkan rilisan fisik karya musisi yang menjadi incaran.

Jinan, 14, remaja asal Makassar yang baru sebulan ini sekolah musik di Jakarta, sengaja berburu kaset pita. “Saya bermain piano, hidup di era digital, ternyata tidak semua musisi terutama yang lawas karyanya ada di Spotyfy. Makanya saya minta antar orangtua mencari kaset pita atau CD di sini. Selain itu, saya juga ingin merasakan yang katanya punya kenikmatan tersendiri ketika mendengar musik dari kaset pita atau CD,” ungkap Jinan yang sore itu berharap bisa mendapatkan album di antaranya dari Karimata, Chandra Darusman, dan Dian Prama Poetra.

Hal lain diceritakan Nisa, 25, remaja asal Wonosobo yang sejak setahun ini bekerja di salah satu kafe di kawasan Blok M. Ia mengaku mencari beberapa kaset pita musisi Indonesia untuk koleksi, di antaranya Fariz RM. “Saya banyak tahu lagu lawas, tapi saya tidak tahu siapa musisinya. Waktu kecil ibu sering memutar kaset atau mendengarkan lagu dari radio. Pas di Jakarta, saya jadi penasaran berniat mencari kaset-kaset itu untuk saya koleksi sebagai kenangan semasa saya kecil,” imbuh Jihan sambil membaca lirik dan susunan nama yang terlibat dalam sebuah album yang biasa tertulis di sampul kaset pita.

Kaset pita yang mulai populer di Indonesia pada awal era Orde Baru dan mencapai puncaknya di dekade 1980-1990-an, ternyata kini tak benar-benar ditinggalkan. Popularitasnya sempat menyurut tergerus unduhan musik digital di paruh pertama milenium baru. Namun, belakangan populer lagi termasuk bagi generasi baru untuk mengobati rasa penasaran cara menikmati musik. Adapun bagi mereka yang pernah merasakan kejayaan kaset pita, ini seperti cara ....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement