TEKNOPOLIS

Menimbang Plus Minus Internet Satelit Starlink

Min, 26 Mei 2024

PEMBICARAAN soal layanan internet milik Elon Musk, Starlink, mencuat di berbagai lini masa media sosial. Layanan yang merupakan proyek dari perusahaan SpaceX itu sudah mengantongi izin operasi di Indonesia pada awal April 2024. Nantinya, akses internet global berbasis jaringan satelit ini difokuskan pada penyediaan internet cepat di daerahdaerah yang sulit dijangkau.

Starlink diketahui juga merupakan konstelasi satelit pertama dan terbesar di dunia yang menggunakan low earth orbit untuk memberikan internet broadband yang mampu mendukung streaming, gim online, panggilan video, dan banyak lagi.

Layanan ini memanfaatkan satelit canggih dan perangkat keras pengguna serta pengalaman mumpuni dalam pesawat ruang angkasa dan operasi di orbit sehingga menghasilkan internet berkecepatan tinggi serta latensi rendah kepada pengguna di seluruh dunia. Latensi adalah waktu yang dibutuhkan data untuk mentransfer seluruh jaringan. Satelit Starlink berada di ketinggian 550 km di atas permukaan bumi. Hal itu membuat latensinya jauh lebih rendah, sekitar 25 milidetik. Adapun letak satelit milik pemerintah lebih tinggi sehingga latensinya pun mencapai 600+ milidetik. Karena itu, proses pengiriman data atau jaringan ke pengguna Starlink diklaim lebih cepat lantaran latensinya rendah.

Salah satu pengguna di Tanah Air, Panji Gautama, mengaku memesan layanan internet Starlink sejak 2021. Saat itu, Starlink baru membuka preorder untuk layanan internet satelit. “Memang saya pre-order dari 2021. Saat ini untuk di global belum tahu kapan rilisnya. Tapi di Amerika Serikat sudah ada yang buat beta user. Waktu buka pre-order saya nekat saja nyobain dan baru sampai awal Mei ini,” kata Panji kepada Media Indonesia, Selasa (14/5).

Panji mengaku memilih menggunakan internet satelit karena lebih mampu menjangkau wilayah yang tidak terjangkau oleh internet fiber optik. Selain itu, internet satelit juga tidak membutuhkan kabel panjang dan berbelit. Panji memesan paket standar untuk rumah. Perangkat yang digunakan ialah terminal Starlink, router, dan kabel penghubung perangkat.

“Kebetulan saya punya properti yang accessible dengan kabel dan di daerah yang tidak terjangkau internet fiber optik. Saat ini, saya pasang di dua lokasi agak pedalaman di Sumatra yang tidak ada akses internet dan di Yogyakarta. Untuk harganya mungkin di awal memang mahal, tapi untuk jangka panjang saya rasa lebih murah dibanding layanan internet lainnya,” ujarnya.

Panji membeli perangkat keras Starlink melalui laman resmi mereka. Setelah daftar di website, Panji merogoh kocek Rp7,8 juta untuk paket yang terdiri dari perangkat terminal Starlink, router, dan kabel penghubung perangkat, termasuk biaya internet selama satu bulan. Untuk selanjutnya, biaya internet per bulan sekitar Rp750 ribu.

Setelah perangkat tiba, Panji hanya perlu memasangnya, terminal harus ditaruh di ruang terbuka dan tidak boleh terhalangi oleh pohon atau gedung. Hal itu dilakukan agar sinyal dari satelit ke terminal tidak terhalang dan kecepatan internet bisa optimal. Setelahnya perlu mengunduh aplikasi Starlink di ponsel untuk mengaktifkan layanan internet dengan menggunakan akun yang telah didaftarkan sebelumnya. Tak butuh waktu lama, internet pun bisa digunakan oleh berbagai macam perangkat.

“Sangat mudah memasang perangkat dan mengaktifkan layanannya. Ada videonya juga. Jadi, tidak perlu teknisi untuk memasangnya karena sangat mudah. Paling catatannya kita harus perhatikan di mana meletakkan terminal, apakah ditempel di lantai atau dinding. Untung terminalnya juga kuat banget dari panas atau hujan. Jadi enggak masalah,” ungkapnya.

Sejauh ini menggunakan layanan Starlink, Panji mengaku puas karena kecepatannya bisa mencapai 230 mbps. Ia mengatakan kecepatan internet dan biaya per bulannya lebih murah. “Biasanya provider lain dengan speed 200-300 mbps itu bisa Rp800 ribuan setelah pajak. Kalau Starlink, ya Rp750 ribu per bulan,” imbuhnya.


undefinedMenkes Budi Gunadi Sadikin (kedua kiri) bersama CEO Tesla Inc. sekaligus SpaceX Elon Musk (ketiga kiri), Menkominfo Budi Arie Setiadi (kiri) dan Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono (kanan) menunjukan dokumen kerja sama saat meluncurkan layanan internet berbasis satelit Starlink di Puskesmas Pembantu Sumerta Klod Denpasar, Bali, Minggu (19/5). ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA.
Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement