KAUM intelektual yang bersuara atas kondisi kemunduran demokrasi Indonesia dan terus meluas, khususnya menjelang Pemilu 2024, diyakini sebagai intelektual organik. Mereka menjadi antitesis dari hegemoni negara. Namun, kaum intelektual itu dituntut tetap konsisten dan tangguh karena tantangan ke depan masih berat.
Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh Ahmad Humam Hamid menekankan soal daya tahan (endurance) dan sikap tangguh (resilient) dari para intelektual untuk memperjuangkan demokrasi yang tergerus.
“Sekarang pilihannya, akankah endurance dari para guru besar yang kalau boleh kita sebut intelektual organik ini bertahan, resilient, dan tersambung dengan emosi publik? Kalau itu tidak terjadi, masa depannya (bangsa) suram,” ungkapnya dalam diskusi daring bertajuk Membaca Ger....