DIKSI politik kurang apik cenderung saling menjatuhkan antaranak bangsa akhir-akhir ini kerap dipertontonkan para pelaku politik negeri ini. Penggunaan istilah ‘cebong’ versus ‘kampret’ yang cukup mendominasi dan mewarnai perbincangan jagat politik Pilpres 2019 belum berhenti hingga saat ini. Teranyar, muncul lagi istilah baru ‘banteng’ dan ‘celeng’ dalam dinamika internal PDI Perjuangan menuju 2024.
Fenomena tersebut merupakan contoh kompetisi demokrasi elektoral yang tidak produktif dan jauh dari narasi konstruktif. Padahal, pertarungan politik demokratis yang berkualitas juga mensyaratkan keadaban politik, baik dalam diksi maupun narasi di arena kompetisi. Kedua fenomena itu mengingatkan kita pada tokoh politik senior PDI Perjuangan yang juga tokoh bangsa yang baru saja berpulang, Sabam Sirait. Politik itu suci, merupakan istilah yang dicetuskan Sabam, yang kemudian menjadi judul bukunya.
Rasanya belum terlalu terlambat dan masih sangat relevan untuk mengangkat kembali istilah dan pemikiran itu sekaligus mengenang kembali mendiang Sabam Sirait y....