PENGALAMAN mendapatkan diskriminasi saat berkunjung ke negeri jiran, menyadarkan Michael Andrew tentang berartinya kata toleransi yang ikut menjadi semangat berdirinya Indonesia. Tidak ingin tindakantindakan intoleran juga terjadi di Tanah Air, Michael tergugah untuk ‘bersuara lantang’ melawan segala bentuk diskriminasi.
Keinginannya itu makin kuat dengan fenomena politik identitas yang mulai mencuat pada 2016. Michael bersama dengan aktivis kemanusiaan Iryanto Susilo lalu menginisiasi sebuah komunitas yang mereka beri nama Komunitas Roemah Bhineka.
Komunitas itu berdiri dengan sebuah misi yaitu memperjuangkan toleransi dan keberagaman bagi semua golongan. “(Diskriminasi dan intoleransi) tentu sangat menciderai kebinekaan kita, keberagaman kita. Nah di titik itu Roemah Bhineka hadir. Kami melihat ada dorongan teman-teman lintas agama, lintas organisasi, lintas kepercayaan, yang akhirnya ini menjadi sebuah misi bersama,” papar Michael saat menjadi narasumber dalam acara Kick Andy Show episode Kami Juga Indonesia, Minggu (28/2).
Menurut Michael, Komunitas Roemah Bhinneka merupakan wadah berbagai macam golongan, baik iman, etnik, bahkan profesi. Prinsip ini mereka ambil karena percaya setiap golongan bisa berperan membangun negeri berlandaskan prinsip dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Michael menjelaskan ruang-ruang perjumpaan untuk lintas golongan sangatlah penting sebab lewat pertemuanlah stigma dan kesalahpahaman bisa diluruskan. “Di Roemah Bhinneka ini yang menjadi misi utamanya ialah meluruskan kesalahpahaman dan prasangka,” jelasnya.
Roemah Bhinneka, menurutnya, banyak melihat kegelisahan dari sekumpulan anak-anak muda atas diskrimansi terhadap etnik Tionghoa maupun etnik minoritas lain di Indonesia. Untuk mengatasinya, Roemah Bhinneka rutin mengadakan kajian untuk membahas berbagai isu sosial yang berkaitan dengan toleransi dan keindonesiaan.
Komunitas Roemah Bhinneka juga berjejaring dengan berbagai komunitas dan organisasi yang fokus dalam misi kebinekaan, seperti Gusdurian, organisasi Tionghoa PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia), Perhimpunan INTI ( Indonesia Tionghoa), dan pemuka agama dari enam agama di Indonesia.
Bersama Gusdurian mereka rutin mengadakan kegiatan sosial, termasuk dalam situasi tanggap bencana. Di bulan Ramadan, mereka mengadakan buka puasa bagi warga, kemudian juga ada pentas seni lintas agama, dan lokakarya beragam topik, salah satunya terkait pelurusan sejarah.
Pemuda kelahiran Surabaya 1995 itu menambahkan bahwa Komunitas Roemah Bhinneka memiliki tiga bentuk sinergi gerakan, yaitu gerakan sosial murni, gerakan sosial kemasyarakatan, dan gerakan kemasyarakatan politik. Semua gerakan itu ditujukan untuk mengawal wacana-wacana terkait Kebinekaan hingga ke p....
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.