LAHIR dan besar di tanah Sulawesi Selatan membuat Prof Muhlis Hadrawi tertarik pada isu-isu kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat Bugis sejak masa sekolah, antara lain dengan menilik bahasa daerah dan sastra kuno. Bagi pria 53 tahun ini, mempelajari bahasa artinya mengenal sejarahnya sendiri.
Prof Muhlis merupakan salah satu sastrawan bugis dan filologi senior Indonesia yang telah menerjemahkan berbagai naskah kuno La Galigo, sebuah sastra bugis dan bagian dari budaya Indonesia yang telah diakui sebagai Memori Kolektif Dunia (Memory of the World) oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO sejak 1997.
Sayangnya, sastra Bugis itu dinilai belum banyak diketahui publik, khususnya generasi muda. Hal itu membuat Muhlis giat menerjemahkan dan mengkaji berbagai naskah La Galigo demi memperkuat dan menye....