SALURAN napas manusia telah diciptakan sempurna oleh Sang Pencipta. Jika kondisi kesehatannya terpelihara, niscaya seseorang tidak mudah terpapar infeksi. Anatomi saluran napas diawali dari hidung. Alveolus (“gelembung udara”), merupakan bagian terujung. Fungsi utamanya sebagai tempat pertukaran udara pernapasan, antara O2 dan CO2. Alveolus dilindungi makrofag, bagian sistem imun fundamental penghalang invasi mikroba. Berbagai faktor berpotensi menyebabkan makrofag menjadi “loyo”. Misalnya rokok, polusi udara, diabetes, HIV/AIDS, dan stunting. Salah satu dampaknya, makrofag gagal membunuh Mycobacterium tuberculosis (Mtb), sebagai penyebab tuberkulosis (TB). Rokok memantik rusaknya integritas saluran napas. Erosi bisa terjadi pada lapisan epitel dinding saluran napas yang dilengkapi dengan banyak cilia. Cilia ibarat “rambut getar”, berperan layaknya “sapu”. Fungsinya melindungi struktur penting di bawahnya. Substansi asing (termasuk mikroba) yang merugikan akan diusir, agar tidak memasuki saluran napas bagian bawah. Meski peringatan bahaya merokok selalu didengungkan, “anehnya” jumlah perokok justru semakin melonjak. Seseorang yang tertular Mtb, tidak mesti langsung jatuh sakit. Bila sistem imunitasnya adekuat, mayoritas “hanya” mengalami infeksi laten TB (LTBI). Dengan berjalannya waktu, sepuluh persen LTBI akan berkembang menjadi TB aktif. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), paling rentan mengalami TB aktif. AIDS merepresentasikan kondisi rusaknya sistem imun. Ibarat negara tanpa sarana pertahanan, penyandangnya rentan diinvasi mikroba jenis apa pun terutama TB. Rokok dan HIV/AIDS, saling berkolaborasi buruk menghambat mitigasi TB. Harapan mengeliminasi TB tahun 2030, menjadi kian sulit. Sebab insiden HIV/AIDS dan TB di Indonesia, kini semakin meningkat.
....