DINAS Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah (Jateng) melaporkan kembali munculnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menimpa puluhan ternak sapi di Kabupaten Boyolali, tahun ini
“Ya sebab fasenya (PMK) belum selesai sampai sekarang ini. Itu satu. Kedua, situasi pancaroba juga menjadi faktor penyebaran virus masih akan terus berlangsung. Jadi ini perlu diwaspadai dan ditanggulangi dengan cepat,” kata Kepala Disnakkeswan Jateng Agus Wariyanto kepada Media Indonesia, kemarin.
Dia menegaskan, kasus yang muncul di sentra ternak susu di Boyolali ini sudah dilaporkan kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Selain itu, Disnakkeswan Jateng juga bergerak cepat mengirim vaksin PMK ke Boyolali agar kasusnya tidak merembet ke daerah lain.
Langkah cepat ini perlu dilakukan mengingat penyebaran virus PMK sangat cepat, serta masih banyak hewan ternak yang belum tersentuh vaksin. Dari data Disnakkeswan Jateng, saat ini jumlah sapi potong di wilayah tersebut mencapai 1,87 juta ekor, sapi perah sekitar 142.510 ekor, dan kerbau sebanyak 58.190 ekor.
“Tetapi yang perlu diwaspadai kan ada sapi baru yang belum divaksin. Ini perlu langkah cepat. Yang sakit diobati dan yang mati harus diperiksa laboratorium, biar semua jelas. Yang lain, terutama yang di pasar hewan, harus benar-benar diketahui kesehatannya. Jangan sampai terjadi penularan lewat lalu lintas sapi ini,” tegas Agus.
Sebelumnya Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciwati, mengakui bahwa sejak Januari hingga April 2024, terdapat 41 hewan ternak sapi terpapar PMK. Sebagian besar adalah sapi perah di tiga kecamatan.
“Sebaran virus PMK ini ada di tiga kecamatan, yakni Ampel, Cepogo, dan Tamansari. Yang terjangkiti adalah sapi-sapi yang belum tersentuh vaksin. Karena itu, kita galakkan lagi vaksinasi dan perketat pengawasan lalu lintas sapi di pasar hewan yang ada di perbatasan,” ungkap Lusia.
Kemunculan kasus PMK di Boyolali diketahui dari hasil investigasi yang dilakukan usai Tim Balai Veteriner Wates menyatakan terdapat sapi mati karena positif PMK. Laporan pertama menunjukkan bahwa sapi mati itu berasal dari Pasuruan, Jawa Timur.
Disnakkan Boyolali langsung membuat surat edaran yang ditujukan ke seluruh paguyuban peternak. Surat itu menegaskan agar peternak berhati-hati saat membeli sapi di pasar hewan. Imbauan ini disosialisasikan ke seluruh pasar hewan di Boyolali.
“Sapi yang dibeli harus dibekali (persetujuan) POV (Pejabat Otoritas Veteriner), atau Surat Keterangan Kesehatan Hewan. Jadi (jika) ada jaminan itu, peternak boleh beli. Kalau tidak dikhawatirkan akan merugikan (khawatir) ternyata ....