OPINI

Mecca and Beyond Pergeseran Praktik Ziarah Kelas Menengah Muslim

Jum, 12 Apr 2024

“ANDA harus berangkat pagi sekali ke bandara Kendari jika tidak ingin berimpitan dan mengalami antrean panjang dengan jemaah umrah,” begitu terang salah satu rekan saya di Kendari. Hari itu jadwal kepulangan saya ke Jakarta setelah mengisi sebuah workshop di IAIN Kendari. Betul saja, pukul 06.00, setibanya saya di bandara Kendari, ratusan orang sudah berkumpul, berjejal memasuki pintu terminal. Sampai di dalam pesawat, hampir 80% penumpangnya diisi para jemaah umrah. Pesawat mendadak penuh dan semua terlihat berseragam.

Pemandangan seperti ini mungkin sudah biasa kita lihat, terlebih di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Perjalanan umrah, yang biasanya sepaket dengan ziarah ke beberapa negara sekitar, menjadi sangat populer bagi masyarakat muslim Indonesia sejak 20 tahun terakhir. Seiring dengan meredanya pandemi, Organisasi Pariwisata Dunia (United Nations World Tourism Organization/UNWTO) menyebutkan, pemulihan pariwisata global mencapai 84% dari angka prapandemi pada pertengahan 2023. Beberapa kawasan yang mengalami peningkatan drastis, seperti Timur Tengah, Eropa, dan Afrika, menjadi garis depan kebangkitan sektor pariwisata global. Timur Tengah tercatat mengalami kenaikan angka melebihi 2019 sebelum masa pandemi sebagai destinasi utama yang dituju para peziarah dunia.

Praktik berziarah sebenarnya sudah dilakukan jauh sebelum Islam datang ke Arab, bahkan sudah ada sejak ribuan abad silam dan dipraktikkan masyarakat dari beberapa peradaban dunia. Tidak hanya bagi masyarakat muslim, bagi tradisi agama lain pun praktik ziarah juga mengakar dalam kurun waktu yang lama. Bagi umat muslim tentu saja Mekah dan Madinah menjadi tujuan utama, sebaliknya Jerusalem dan Israel merupakan tujuan utama peziarah nonmuslim (Kristen) Indonesia. Ya, bisa dibilang, sebenarnya praktik zia....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement