OPINI

Pluralisme dalam Bermuhammadiyah

Rab, 17 Jul 2024

DALAM hitungan kalender Hijriah, Muhammadiyah sudah berumur 115 tahun pada 09 Zulhijah 1445 (16 Juni 2024). Dari usianya yang cukup panjang itu, Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih perubahan yang mengiringi perjalanan negeri ini, dari cara berpikir, bermasyarakat, berbangsa dan bernegarahingga cara beragama. Dari gerakan Islam modernis terbesar itu pula muncul banyak karya dan AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) yang mewarnai dan bermanfaat untuk masyarakat, bangsadan negara ini.

Dalam konteks yang lebih mendasar, Muhammadiyah sendiri sesungguhnya bukan hanya sebuah organisasi kemasyarakatn Islam yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Lebih dari itu, Muhammadiyah ialah ide besar, cara berpikir, ideologi, atau paradigma yang dibangun dari pemahaman atas sumber ajaran Islam, Al-Qur'an dan sunah rasul. Dari sinilah warga, anggotaatau sekadar simpatisan Muhammadiyah berpikir, berbuatdan menjalani kehidupan mereka berdasarkan pemahaman keagamaan yang dibangun oleh ormas Islam yang kaya dengan ribuan AUM (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan, BMT, dan sebagainya).

Hanya, implementasi atau--meminjam istilah Buya Syafii Maarif--membumikan ideologi dan paham keagamaan gaya Muhammadiyah sering kali dipengaruhi oleh historisitas ruang dan waktu. Ada banyak faktor yang kemudian mewarnai ide besar tersebut. Mulai latar belakang sosio-kultural tertentu, tingkat pendidikan, kepentingan pribadi, kemampuan ekonomi, kecenderungan religius tertentu, hingga desakan politik-kekuasaan.

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement